Newsletter

Semesta Mendukung, Bisakah IHSG dan Rupiah Menguat?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
13 December 2018 05:31
Damai Dagang Hijaukan Wall Street
Bursa Saham New Yiork (REUTERS / Brendan McDermid)
Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup di jalur hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,64%, S&P 500 naik 0,54%, dan Nasdaq Composite bertambah lumayan tinggi yaitu 0,95%. 

Seperti kompatriotnya di Asia, bursa saham New York juga merasakan angin surga damai dagang AS-China. Presiden Trump bahkan bersedia mengintervensi kasus hukum yang menimpa petinggi Huawei jika itu memang diperlukan untuk mencapai kesepakatan dagang dengan China. Sebelumnya, CFO Huawei Meng Wanzhou ditahan oleh aparat penegak hukum Kanada karena bertransaksi dengan pihak dari Iran. 

"Apa pun yang terbaik bagi negara ini, akan saya lakukan. Ini akan menjadi kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah, dan pasti sangat penting. Saya tentu akan melakukan intervensi jika memang diperlukan," tegas Trump, mengutip Reuters. 

Saham-saham sektor industri manufaktur menjadi salah satu penggerak utama dua Wall Street. Indeks sektor industri di DJIA menguat 1,25%, di mana saham Caterpillar melesat 1,73%, Boeing melompat 1,45%, 3M terdongkrak 1,19%, dan Merck & Co melejit 1,17%. 

Sektor industri mendapat suntikan tenaga dari sentimen damai dagang. Dengan harapan tidak ada lagi hambatan tarif, korporasi AS bisa mengakses pasar China dengan lebih leluasa. 

Selain itu, investor juga lega karena ada kabar positif dari Inggris. Meski mendapat mosi tidak percaya, hasil pemungutan suara di parlemen ternyata tidak menggoyahkan Theresa May dari kursi Perdana Menteri. May memenangkan dukungan parlemen dengan memperoleh 200 suara, sementara jumlah suara yang ingin mendongkelnya adalah 117.

Perkembangan ini membuat proses pembahasan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) menemui kepastian, karena tidak ada pergantian kepemimpinan. Sebelumnya, May menegaskan pergantian kepemimpinan bukan jalan terbaik bagi Inggris yang sedang menghadapi sengkarut Brexit. Negeri John Bull sudah tidak punya banyak waktu, karena Bexit efektif berlaku pada 29 Maret 2019. 

"Pemimpin baru tidak akan bisa bertugas pada 21 Januari (jadwal pelaksaan voting proposal Brexit di parlemen Inggris). Jadi memilih pemimpin baru menyebabkan risiko dalam negosiasi Brexit karena tidak akan ada waktu untuk renegosiasi proposal perpisahan," tegas May, dikutip dari Reuters. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular