
Newsletter
Duh, IHSG Sepertinya Loyo Lagi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 December 2018 06:55

Untuk hari ini, pelaku pasar patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, tentunya adalah Wall Street yang berhasil bangkit pasca-diterpa tekanan jual yang begitu besar. Diharapkan hal ini bisa menginspirasi bursa saham Asia untuk ikut menorehkan performa yang oke.
Kedua, pergerakan di pasar obligasi AS. Posisi terakhir, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun adalah -48 bps. Jika semakin mengarah kepada inversi, sell-off bisa kembali terjadi di pasar keuangan Asia.
Sekedar mengingatkan, resesi di AS akan sangat signifikan menghantam laju perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 2009 kala krisis keuangan global yang berpusat di AS mencapai puncaknya, perekonomian AS terkontraksi sebesar 2,6%. Sebagai akibatnya, laju perekonomian dunia melemah sebesar 0,5%.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia melandai menjadi 4,63%, dari yang sebelumnya 6,01% pada tahun 2008.
Resesi di AS akan secara signifikan mengurangi arus perdagangan dan investasi dunia, mengingat posisinya yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di planet bumi.
Sentimen ketiga yang perlu menjadi perhatian investor adalah perkembangan dari kasus yang menimpa CFO Huawei global Meng Wanzhou. Kemarin, dirinya menjalani sidang terkait dengan bebas tahanan selama pengadilan (bail hearing).
Pengacara dari Meng Wanzhou mengatakan bahwa kliennya bersedia memakai alat pelacak dan membayar perusahaan keamanan untuk memantau pergerakannya. Suami Meng Wanzhou juga mengajukan 2 rumah di Vancouver ditambah dengan CA$1 juta sebagai jaminan untuk membebaskan Meng dari tahanan.
Penuntut dari Kanada mengatakan bahwa Meng Wanzhou memiliki sumber daya yang besar dan insentif yang besar untuk kabur dari Kanada jika permintaan bebas tahanan dikabulkan. Hingga kini, belum ada keputusan mengenai permintaan Meng Wanzhou.
Sebelumnya, pihak China mengutuk perlakuan Kanada sebagai tindakan “tidak manusiawi” dan “melanggar hak asasi manusia”. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang pasca Meng Wanzhou dikabarkan tidak menerima proses pengobatan medis yang seharusnya saat menjadi tahanan.
Dalam catatan yang diisi oleh pengacaranya, Meng Wanzhou memang mengaku isu kesehatan yang dimilikinya memerlukan perawatan medis harian. Isu kesehatan itu mencakup Meng Wanzhou yang mengidap kanker tiroid, hipertensi parah, dan sleep apnea.
“Saya terus merasa tidak enak badan dan khawatir bahwa kondisi kesehatan saya akan menurun saat saya ditahan,” tulis Meng Wanzhou dalam catatan hukumnya, seperti dikutip dari Straits Times.
“Saya saat ini kesulitan memakan makanan padat dan harus memodifikasi pola makan untuk mengatasi isu tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, dokter saya menyediakan paket pengobatan harian,” tambah eksekutif Huawei tersebut.
Eskalasi ini bisa kembali menyurutkan minat investor untuk masuk ke instrumen berisiko di kawasan Asia lantaran ada kekhawatiran bahwa damai dagang AS-China akan sulit dibuat permanen.
Apalagi, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer kemarin kembali mengingatkan bahwa tanggal 1 Maret (90 hari setelah kesepakatan KTT G20) adalah "tenggat waktu yang menjadi batas akhir (hard deadline)". Jika tidak ada kesepakatan pasca batas waktu itu, bea masuk baru siap diluncurkan.
"Sejauh yang saya tahu, itu merupakan hard deadline. Saat saya berbicara dengan Presiden AS, dia tidak pernah menyebut untuk pergi lebih jauh daripada Maret," ucap Lighthizer pada CBS Show "Face The Nation", seperti dikutip dari CNBC International.
"Aturan mainnya adalah setelah 90 hari (tidak tercapai kesepakatan), bea masuk akan dinaikkan," tambah Lighthizer.
NEXT
(ank/prm)
Kedua, pergerakan di pasar obligasi AS. Posisi terakhir, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun adalah -48 bps. Jika semakin mengarah kepada inversi, sell-off bisa kembali terjadi di pasar keuangan Asia.
Sekedar mengingatkan, resesi di AS akan sangat signifikan menghantam laju perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 2009 kala krisis keuangan global yang berpusat di AS mencapai puncaknya, perekonomian AS terkontraksi sebesar 2,6%. Sebagai akibatnya, laju perekonomian dunia melemah sebesar 0,5%.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia melandai menjadi 4,63%, dari yang sebelumnya 6,01% pada tahun 2008.
Resesi di AS akan secara signifikan mengurangi arus perdagangan dan investasi dunia, mengingat posisinya yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di planet bumi.
Sentimen ketiga yang perlu menjadi perhatian investor adalah perkembangan dari kasus yang menimpa CFO Huawei global Meng Wanzhou. Kemarin, dirinya menjalani sidang terkait dengan bebas tahanan selama pengadilan (bail hearing).
Pengacara dari Meng Wanzhou mengatakan bahwa kliennya bersedia memakai alat pelacak dan membayar perusahaan keamanan untuk memantau pergerakannya. Suami Meng Wanzhou juga mengajukan 2 rumah di Vancouver ditambah dengan CA$1 juta sebagai jaminan untuk membebaskan Meng dari tahanan.
Penuntut dari Kanada mengatakan bahwa Meng Wanzhou memiliki sumber daya yang besar dan insentif yang besar untuk kabur dari Kanada jika permintaan bebas tahanan dikabulkan. Hingga kini, belum ada keputusan mengenai permintaan Meng Wanzhou.
Sebelumnya, pihak China mengutuk perlakuan Kanada sebagai tindakan “tidak manusiawi” dan “melanggar hak asasi manusia”. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang pasca Meng Wanzhou dikabarkan tidak menerima proses pengobatan medis yang seharusnya saat menjadi tahanan.
Dalam catatan yang diisi oleh pengacaranya, Meng Wanzhou memang mengaku isu kesehatan yang dimilikinya memerlukan perawatan medis harian. Isu kesehatan itu mencakup Meng Wanzhou yang mengidap kanker tiroid, hipertensi parah, dan sleep apnea.
“Saya terus merasa tidak enak badan dan khawatir bahwa kondisi kesehatan saya akan menurun saat saya ditahan,” tulis Meng Wanzhou dalam catatan hukumnya, seperti dikutip dari Straits Times.
“Saya saat ini kesulitan memakan makanan padat dan harus memodifikasi pola makan untuk mengatasi isu tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, dokter saya menyediakan paket pengobatan harian,” tambah eksekutif Huawei tersebut.
Eskalasi ini bisa kembali menyurutkan minat investor untuk masuk ke instrumen berisiko di kawasan Asia lantaran ada kekhawatiran bahwa damai dagang AS-China akan sulit dibuat permanen.
Apalagi, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer kemarin kembali mengingatkan bahwa tanggal 1 Maret (90 hari setelah kesepakatan KTT G20) adalah "tenggat waktu yang menjadi batas akhir (hard deadline)". Jika tidak ada kesepakatan pasca batas waktu itu, bea masuk baru siap diluncurkan.
"Sejauh yang saya tahu, itu merupakan hard deadline. Saat saya berbicara dengan Presiden AS, dia tidak pernah menyebut untuk pergi lebih jauh daripada Maret," ucap Lighthizer pada CBS Show "Face The Nation", seperti dikutip dari CNBC International.
"Aturan mainnya adalah setelah 90 hari (tidak tercapai kesepakatan), bea masuk akan dinaikkan," tambah Lighthizer.
NEXT
(ank/prm)
Next Page
Perhatian, Voting Brexit Batal!
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular