
Newsletter
So Sweet, AS-China Sedang 'Lucu-lucunya'!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 December 2018 05:24

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya perkembangan di Wall Street yang memuaskan. Diharapkan hijaunya Wall Street bisa menular sampai ke Asia, termasuk Indonesia.
Kedua adalah nilai tukar dolar AS yang sepertinya masih tertekan. Pada pukul 04:30 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,28%. Indeks ini tidak berhenti terkoreksi sejak kemarin.
Tingginya risk appetite pasar membuat instrumen safe haven seperti dolar AS kekurangan peminat. Aura damai dagang AS-China yang begitu kuat membuat investor saat ini bernafsu memburu aset-aset berisiko.
Maklum, hawa damai dagang memang semakin terasa. Mengutip Reuters, China bersedia meningkatkan impor produk-produk made in USA senilai US$ 1,2 triliun. Tidak hanya itu, China (seperti yang sudah disebutkan oleh Trump) juga akan menghapus bea masuk untuk impor mobil dan hambatan non-tarif.
"Kami ingin tarif bea masuk (otomotif) turun ke 0%. Saya bisa katakan bahwa Presiden Xi tidak pernah begitu terlibat, dan kata yang mereka sebutkan adalah 'secepatnya'," tegas Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Washington pun semakin optimistis bahwa China mampu lebih membuka perekonomian mereka. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, mengungkapkan bahwa Presiden Xi menunjukkan komitmen tersebut kala berbincang dengan Trump di Buenos Aires.
"Sepertinya ini adalah kali pertama kami merasakan adanya komitmen. Tampaknya ini akan menjadi kesepakatan yang sesungguhnya," ujar Mnuchin, mengutip Reuters.
Hubungan AS-China yang sedang 'lucu-lucunya' bagai pasangan baru ini tentu membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Optimisme akan membuncah, pencarian aset-aset berisiko yang memberikan keuntungan besar akan semakin intensif, dan dolar AS akan semakin ditinggalkan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Kedua adalah nilai tukar dolar AS yang sepertinya masih tertekan. Pada pukul 04:30 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,28%. Indeks ini tidak berhenti terkoreksi sejak kemarin.
Tingginya risk appetite pasar membuat instrumen safe haven seperti dolar AS kekurangan peminat. Aura damai dagang AS-China yang begitu kuat membuat investor saat ini bernafsu memburu aset-aset berisiko.
Maklum, hawa damai dagang memang semakin terasa. Mengutip Reuters, China bersedia meningkatkan impor produk-produk made in USA senilai US$ 1,2 triliun. Tidak hanya itu, China (seperti yang sudah disebutkan oleh Trump) juga akan menghapus bea masuk untuk impor mobil dan hambatan non-tarif.
"Kami ingin tarif bea masuk (otomotif) turun ke 0%. Saya bisa katakan bahwa Presiden Xi tidak pernah begitu terlibat, dan kata yang mereka sebutkan adalah 'secepatnya'," tegas Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Washington pun semakin optimistis bahwa China mampu lebih membuka perekonomian mereka. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, mengungkapkan bahwa Presiden Xi menunjukkan komitmen tersebut kala berbincang dengan Trump di Buenos Aires.
"Sepertinya ini adalah kali pertama kami merasakan adanya komitmen. Tampaknya ini akan menjadi kesepakatan yang sesungguhnya," ujar Mnuchin, mengutip Reuters.
Hubungan AS-China yang sedang 'lucu-lucunya' bagai pasangan baru ini tentu membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Optimisme akan membuncah, pencarian aset-aset berisiko yang memberikan keuntungan besar akan semakin intensif, dan dolar AS akan semakin ditinggalkan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular