
UPDATE Polling CNBC Indonesia
Konsensus Pasar: Inflasi November 0,19% MtM, 3,15% YoY
Hidayat Setiaji & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
30 November 2018 14:25

Laju inflasi umum secara bulanan dan tahunan memang sepertinya melambat pada November. Ini cukup wajar, karena nyaris tidak ada tekanan inflasi yang berarti.
"Harga komoditas yang rendah, khususnya CPO (minyak sawit mentah) dan minyak, membantu mengendalikan inflasi Indonesia. Selain itu, harga-harga administered prices (diatur pemerintah) juga stabil karena jelang tahun Pemilu," tutur Putera Satria Sambijantoro.
Dalam sebulan terakhir, harga minyak jenis brent anjlok 21,33%, sedangkan light sweet jatuh 22,19%. Penurunan harga minyak membantu meredam gejolak harga, paling mudah terlihat dengan tidak adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi sepanjang November.
Laju inflasi inti juga masih stabil, meski diperkirakan ada sedikit percepatan. Nilai tukar rupiah yang menguat 6,02% dalam sebulan terakhir membantu menstabilkan inflasi inti.
"Selain itu, dampak kenaikan suku bunga acuan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi belum terlalu terlihat. Konsumsi dan penyaluran kredit masih tumbuh," ujar Satria.
Apakah laju inflasi inti yang relatif stabil di bawah 3% menunjukkan perlambatan permintaan? Apakah ada kelesuan daya beli?
Perry menolak anggapan tersebut. Menurutnya konsumsi rumah tangga masih tumbuh dengan sehat.
"Kalau kita breakdown, sumber pertumbuhan masih dari permintaan domestik yaitu konsumsi dan investasi. Konsumsi (tumbuh) 5,2% investasi 7%," tegasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
"Harga komoditas yang rendah, khususnya CPO (minyak sawit mentah) dan minyak, membantu mengendalikan inflasi Indonesia. Selain itu, harga-harga administered prices (diatur pemerintah) juga stabil karena jelang tahun Pemilu," tutur Putera Satria Sambijantoro.
Dalam sebulan terakhir, harga minyak jenis brent anjlok 21,33%, sedangkan light sweet jatuh 22,19%. Penurunan harga minyak membantu meredam gejolak harga, paling mudah terlihat dengan tidak adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi sepanjang November.
Laju inflasi inti juga masih stabil, meski diperkirakan ada sedikit percepatan. Nilai tukar rupiah yang menguat 6,02% dalam sebulan terakhir membantu menstabilkan inflasi inti.
"Selain itu, dampak kenaikan suku bunga acuan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi belum terlalu terlihat. Konsumsi dan penyaluran kredit masih tumbuh," ujar Satria.
Apakah laju inflasi inti yang relatif stabil di bawah 3% menunjukkan perlambatan permintaan? Apakah ada kelesuan daya beli?
Perry menolak anggapan tersebut. Menurutnya konsumsi rumah tangga masih tumbuh dengan sehat.
"Kalau kita breakdown, sumber pertumbuhan masih dari permintaan domestik yaitu konsumsi dan investasi. Konsumsi (tumbuh) 5,2% investasi 7%," tegasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular