UPDATE Polling CNBC Indonesia

Konsensus Pasar: Inflasi November 0,19% MtM, 3,15% YoY

Hidayat Setiaji & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
30 November 2018 14:25
Konsensus Pasar: Inflasi November 0,19% MtM, 3,15% YoY
Ilustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Menambah proyeksi dari satu institusi (Bank Permata).

Jakarta, CNBC Indonesia -
Laju inflasi Indonesia pada November 2018 diperkirakan melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Situasi global yang kondusif membantu meredam gejolak inflasi domestik.


Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi November pada awal pekan depan. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-to-month/MtM) di 0,19%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year) di 3,15% dan inflasi inti YoY 2,97%. 

InstitusiInflasi MtM (%)Inflasi YoY (%)Inflasi Inti YoY (%)
Mirae Asset0.193.15-
CIMB Niaga0.153.11-
Maybank Indonesia0.183.142.95
ANZ0.183.143
BCA0.193.152.97
ING-3.4-
BTN0.43.373.01
Bahana Sekuritas0.253.212.96
Danareksa Research Institute0.183.14-
Barclays-3.153.1
Bank Permata0.193.152.96
MEDIAN0.193.152.97


Pada Oktober, BPS mencatat inflasi bulanan sebesar 0,28%. Kemudian inflasi tahunan adalah 3,16% dan inflasi inti tahunan 2,94%. 

Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi November 0,18% MtM dan 3,14% YoY. Senada dengan konsensus pasar. 

Perry Warjiyo, Gubernur BI, menyebutkan harga sejumlah kebutuhan pokok masih naik seperti bawang merah, telur ayam ras, dan beras. Tarif angkutan udara juga mengalami kenaikan. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Laju inflasi umum secara bulanan dan tahunan memang sepertinya melambat pada November. Ini cukup wajar, karena nyaris tidak ada tekanan inflasi yang berarti. 

"Harga komoditas yang rendah, khususnya CPO (minyak sawit mentah) dan minyak, membantu mengendalikan inflasi Indonesia. Selain itu, harga-harga administered prices (diatur pemerintah) juga stabil karena jelang tahun Pemilu," tutur Putera Satria Sambijantoro. 

Dalam sebulan terakhir, harga minyak jenis brent anjlok 21,33%, sedangkan light sweet jatuh 22,19%. Penurunan harga minyak membantu meredam gejolak harga, paling mudah terlihat dengan tidak adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi sepanjang November. 

 

Laju inflasi inti juga masih stabil, meski diperkirakan ada sedikit percepatan. Nilai tukar rupiah yang menguat 6,02% dalam sebulan terakhir membantu menstabilkan inflasi inti. 

"Selain itu, dampak kenaikan suku bunga acuan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi belum terlalu terlihat. Konsumsi dan penyaluran kredit masih tumbuh," ujar Satria. 

Apakah laju inflasi inti yang relatif stabil di bawah 3% menunjukkan perlambatan permintaan? Apakah ada kelesuan daya beli? 

Perry menolak anggapan tersebut. Menurutnya konsumsi rumah tangga masih tumbuh dengan sehat. 

"Kalau kita breakdown, sumber pertumbuhan masih dari permintaan domestik yaitu konsumsi dan investasi. Konsumsi (tumbuh) 5,2% investasi 7%," tegasnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular