Polling CNBC Indonesia

Konsensus Pasar: Inflasi Januari 0,5% MtM, 3,01% YoY

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2019 14:16
Konsensus Pasar: Inflasi Januari 0,5% MtM, 3,01% YoY
Ilustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia diperkirakan masih jinak pada awal 2019. Dibandingkan bulan sebelumnya, terjadi perlambatan baik secara bulanan maupun tahunan. 

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Januari 2019 esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi month-to-month (MtM) di 0,5%. Sementara inflasi year-on-year (YoY) ada di 3,01% dan inflasi inti YoY adalah 3,07%. 

InstitusiInflasi MtM (%)Inflasi YoY (%)Inflasi Inti YoY (%)
Barclays-3.023.06
ING-3-
Mirae Asset0.53-
CIMB Niaga0.753.26-
DBS-3.13.1
Maybank Indonesia0.513.023.05
BCA0.442.943.08
Standard Chartered0.252.82.96
Danareksa Research Institute0.523.03-
Bahana Sekuritas0.533.11
MEDIAN0.53.013.07
 
Konsensus ini melambat dibandingkan realisasi Desember 2018. Kala itu, inflasi MtM adalah 0,62%, inflasi YoY di 3,13%, dan inflasi inti YoY sebesar 3,07%. 

Perlambatan ini wajar karena Desember adalah puncak kedua konsumsi masyarakat setelah periode Ramadan-Idul Fitri. Desember memuat Hari Natal, Tahun Baru, dan musim liburan yang membuat permintaan meningkat. 

Selain itu, sepertinya tren apresiasi rupiah selama Januari juga membantu meredam laju inflasi. Sejak awal tahun hingga 30 Januari, rupiah menguat tajam 1,74% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 



Ketika rupiah menguat, maka harga barang-barang impor akan lebih murah. Ini membuat tekanan harga di tingkat konsumen mereda. 

Salah satu dampak penguatan rupiah adalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak naik selama Januari. Padahal harga minyak jenis brent melesat 14,59%. Penguatan rupiah mampu meredam efek kenaikan harga minyak terhadap harga jual BBM ke konsumen. 

Rupiah yang menguat juga membuat inflasi inti tetap stabil, diperkirakan 3,07% YoY pada Januari, sama seperti bulan sebelumnya. Ekspektasi inflasi juga tampaknya cukup terkendali karena minimnya risiko kurs. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia, menilai laju inflasi Januari masih aman. Memang ada kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, tetapi masih belum mengkhawatirkan. 

"Tekanan inflasi akan hadir dari kenaikan harga bawang bombai, bawang putih, beras, tomat, ikan, telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi, dan ikan asin. Sementara harga BBM non-subsidi tidak memberi tekanan bulan ini," papar Juniman. 

Akan tetapi, Juniman memperingatkan bahwa inflasi tidak akan selamanya 'seindah' ini. Juniman memperkirakan inflasi sepanjang 2019 mencapai 3,7%, terakselerasi dibandingkan tahun lalu yaitu 3,13%. 

"Tetap ada risiko kenaikan tarif listrik dan harga BBM setelah Pilpres 2019 untuk mengatasi masalah defisit transaksi berjalan. Kemudian, ada pula risiko dunia usaha baru mentransmisikan kenaikan harga jual tahun ini akibat pelemahan rupiah yang terjadi tahun lalu," sebutnya. 

Masyita Crystallin, Ekonom DBS, menyatakan tarif listrik dan harga BBM yang stabil membuat inflasi Januari terjaga relatif rendah. Dia kemudian menggarisbawahi mulai stabilnya inflasi inti di kisaran 3%, pertanda daya beli mulai kuat setelah terpukul pada 2017 akibat kenaikan tarif listrik. 



"Permintaan domestik sepertinya mulai pulih dan kepercayaan konsumen kembali kuat. Ini dibantu oleh tekanan di rupiah yang mereda, arus modal yang mengalir deras, dan harga beras yang stabil," katanya. 

Bahkan Masyita memperkirakan inflasi inti bakal semakin terakselerasi, utamanya pada semester I. Penyebabnya adalah kenaikan permintaan selama Ramadan-Idul Fitri dan Pilpres 2019.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular