
NEWSLETTER
Kemarin Perang Dagang, Sekarang Damai Dagang
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 November 2018 05:51

Dari Wall Street, tiga indeks utama finis di zona hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,44%, S&P 500 menguat 0,33%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,01%.
Perkembangan terbaru isu perang dagang AS vs China menjadi bahan bakar penguatan bursa saham New York. Setelah pasar Asia tutup, ada perkembangan positif yang buahnya dinikmati oleh Wall Street.
Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyatakan bahwa optimisme merebak jelang pertemuan Trump-Xi di Buenos Aires. Ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan.
"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.
Pernyataan Kudlow melegakan pelaku pasar. Masih ada harapan Trump melunak dan bisa sepaham dengan China untuk mengakhiri perang dagang.
Bagaimana kalau Trump dan Xi berhasil mencapai kesepahaman dalam pertemuan tersebut? "Saya rasa pasar akan meroket 5-7%," ujar Kristina Hooper, Chief Global Market Strategist di Invesco, mengutip Reuters.
Sentimen positif lain bagi Wall Street adalah komentar penjabat The Federal Reserve/The Fed. Richard Clarida, Wakil Gubernur The Fed, kembali menegaskan bahwa bank sentral harus lebih melihat data (data dependence) dalam menentukan gerak suku bunga acuan.
"Dalam tahapan siklus suku bunga seperti sekarang, saya meyakini akan sangat penting untuk melihat berbagai data. Risiko semakin simetris," tutur Clarida dalam sebuah konferensi di New York, dikutip dari Reuters.
Kalimat-kalimat tersebut bisa diartikan bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan sangat berhati-hati dalam menaikkan Federal Funds Rate. Agresivitas kenaikan suku bunga menjadi penuh tanda tanya. Apakah The Fed masih akan menaikkan suku bunga tiga kali pada 2019, atau bisa kurang dari itu?
Bagi pasar saham, kenaikan suku bunga yang berpotensi tidak lagi agresif adalah kabar gembira. Saham adalah instrumen yang kurang berkerja optimal di lingkungan suku bunga tinggi. Pasalnya, kenaikan suku bunga akan menambah beban emiten sehingga menggerus laba.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Perkembangan terbaru isu perang dagang AS vs China menjadi bahan bakar penguatan bursa saham New York. Setelah pasar Asia tutup, ada perkembangan positif yang buahnya dinikmati oleh Wall Street.
Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyatakan bahwa optimisme merebak jelang pertemuan Trump-Xi di Buenos Aires. Ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan.
"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.
Pernyataan Kudlow melegakan pelaku pasar. Masih ada harapan Trump melunak dan bisa sepaham dengan China untuk mengakhiri perang dagang.
Bagaimana kalau Trump dan Xi berhasil mencapai kesepahaman dalam pertemuan tersebut? "Saya rasa pasar akan meroket 5-7%," ujar Kristina Hooper, Chief Global Market Strategist di Invesco, mengutip Reuters.
Sentimen positif lain bagi Wall Street adalah komentar penjabat The Federal Reserve/The Fed. Richard Clarida, Wakil Gubernur The Fed, kembali menegaskan bahwa bank sentral harus lebih melihat data (data dependence) dalam menentukan gerak suku bunga acuan.
"Dalam tahapan siklus suku bunga seperti sekarang, saya meyakini akan sangat penting untuk melihat berbagai data. Risiko semakin simetris," tutur Clarida dalam sebuah konferensi di New York, dikutip dari Reuters.
Kalimat-kalimat tersebut bisa diartikan bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan sangat berhati-hati dalam menaikkan Federal Funds Rate. Agresivitas kenaikan suku bunga menjadi penuh tanda tanya. Apakah The Fed masih akan menaikkan suku bunga tiga kali pada 2019, atau bisa kurang dari itu?
Bagi pasar saham, kenaikan suku bunga yang berpotensi tidak lagi agresif adalah kabar gembira. Saham adalah instrumen yang kurang berkerja optimal di lingkungan suku bunga tinggi. Pasalnya, kenaikan suku bunga akan menambah beban emiten sehingga menggerus laba.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Most Popular