
Newsletter
Angin Surga dari Eropa Siap Lambungkan Pasar Indonesia?
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 November 2018 05:34

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya dari Wall Street, di mana bursa saham New York jatuh pada akhir pekan lalu maupun secara mingguan. Dikhawatirkan kelesuan di Wall Street kembali menulari bursa saham Asia, termasuk Indonesia.
Kedua adalah perkembangan positif terkait pembahasan perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Dalam sidang pada 25 November waktu setempat, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draf perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, dikutip dari Reuters.
PM May mengatakan dalam kesepakatan tersebut Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London akan membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.
Meski sudah ada kesepakatan, tetapi isu soal perbatasan sepertinya masih mengganjal terutama menyangkut Irlandia Utara. Republik Irlandia sudah jelas masih masuk dalam wilayah kepabeanan Uni Eropa, tetapi bagaimana nasib Irlandia Utara (yang merupakan bagian dari Inggris Raya)?
Democratic Union Party dari Irlandia Utara (yang merupakan anggota koalisi pendukung pemerintah) menyatakan bakal menggagalkan kesepakatan London-Brussel tersebut. Pasalnya, kesepakatan itu berpotensi membuat Inggris tunduk kepada aturan-aturan Uni Eropa dan bisa membuat Irlandia Utara menjauh dari Inggris.
Arlene Foster, Ketua DUP, menegaskan akan mengkaji ulang dukungannya kepada pemerintah apabila kesepakatan Brexit mendapat pengesahan dari parlemen. Hal ini tentu akan menjadi ganjalan kala May juga harus menghadapi oposisi yang dipimpin Jeremy Corbyn.
Akan tetapi, sudah lolosnya draf kesepakatan Brexit di Uni Eropa bisa membuat pelaku pasar lega untuk sementara. Sekarang tinggal melalui satu tahap lagi yaitu pengesahan parlemen pada 11 Desember. Sampai pada saat itu, sepertinya urusan Brexit tidak lagi menjadi risiko di pasar keuangan dunia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Kedua adalah perkembangan positif terkait pembahasan perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Dalam sidang pada 25 November waktu setempat, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draf perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, dikutip dari Reuters.
PM May mengatakan dalam kesepakatan tersebut Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London akan membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.
Meski sudah ada kesepakatan, tetapi isu soal perbatasan sepertinya masih mengganjal terutama menyangkut Irlandia Utara. Republik Irlandia sudah jelas masih masuk dalam wilayah kepabeanan Uni Eropa, tetapi bagaimana nasib Irlandia Utara (yang merupakan bagian dari Inggris Raya)?
Democratic Union Party dari Irlandia Utara (yang merupakan anggota koalisi pendukung pemerintah) menyatakan bakal menggagalkan kesepakatan London-Brussel tersebut. Pasalnya, kesepakatan itu berpotensi membuat Inggris tunduk kepada aturan-aturan Uni Eropa dan bisa membuat Irlandia Utara menjauh dari Inggris.
Arlene Foster, Ketua DUP, menegaskan akan mengkaji ulang dukungannya kepada pemerintah apabila kesepakatan Brexit mendapat pengesahan dari parlemen. Hal ini tentu akan menjadi ganjalan kala May juga harus menghadapi oposisi yang dipimpin Jeremy Corbyn.
Akan tetapi, sudah lolosnya draf kesepakatan Brexit di Uni Eropa bisa membuat pelaku pasar lega untuk sementara. Sekarang tinggal melalui satu tahap lagi yaitu pengesahan parlemen pada 11 Desember. Sampai pada saat itu, sepertinya urusan Brexit tidak lagi menjadi risiko di pasar keuangan dunia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular