Newsletter

'Kebakaran' Wall Street Sudah Padam, Saatnya Balas Dendam?

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 November 2018 05:27
'Kebakaran' di Wall Street Sudah Padam
Perdagangan Saham di Wall Street (Reuters)
Dari Wall Street, 'kebakaran' yang melanda tiga indeks utama sudah padam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup stagnan, S&P 500 menguat 0,3%, dan Nasdaq Composite naik 0,75%.

Bursa saham New York mengalami koreksi parah dalam 2 hari perdagangan terakhir. Mungkin pelaku pasar menilai koreksi sudah terlalu dalam sehingga kemudian mereka masuk dan memborong berbagai aset yang membuat Wall Street mampu bangkit. Walau masih dalam kisaran yang sangat sempit. 

Wall Street juga terlihat kurang bergairah, bisa jadi karena jelang libur Thanksgiving. Volume perdagangan 'hanya' 6,47 miliar unit saham, cukup jauh di bawah rata-rata 20 hari terakhir yaitu 8,49 miliar. 

Sentimen positif bagi Wall Street adalah sepertinya mulai terbuka kemungkinan The Federal Reserve/The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga acuan. Sebab, data ekonomi di AS ternyata belum terlalu kuat. 

Klaim tunjangan pengangguran naik 3.000 menjadi 224.000 pada pekan lalu. Capaian itu lebih tinggi dari estimasi pasar yang meramalkan penurunan ke angka 215.000. 

Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti non-pertahanan (mengeluarkan komponen pesawat) periode Oktober 2018 tidak mengalami perubahan. Lebih rendah dari konsensus Reuters yang mengekspektasikan pertumbuhan sebesar 0,2% secara bulanan (month-to-month/MtM). Sementara itu, data September direvisi ke bawah menjadi minus 0,5%, dari sebelumnya minus 0,1%.  

"Investor mungkin berhenti sebentar dan bertanya-tanya. Hei, bagaimana kalau The Fed tidak menaikkan suku bunga? Dalam situasi perdagangan yang sepi, pemikiran seperti ini sangat mempengatuhi pasar," kata Chad Morganlander, Senior Portfolio Manager di Washington Crossing Advisors yang berbasis di New Jersey, mengutip Reuters. 

Menurut CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) dalam rapat The Fed 19 Desember adalah 72,3%. Turun dibandingkan posisi sebulan lalu yang masih 78,4%. 

Saham adalah instrumen yang tidak bisa bekerja optimal dalam lingkungan suku bunga tinggi. Saat suku bunga tinggi, maka biaya korporasi akan membengkak dan menggerus laba. Akibatnya, kinerja saham pun menjadi kurang ciamik. 

Oleh karena itu, kabar kemungkinan The Fed tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga menjadi berkah bagi Wall Street. 'Kebakaran' pun bisa dipadamkan. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular