
Newsletter
Berharap Tuah Bunga Acuan
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
16 November 2018 05:33

Investor semakin nyaman memegang dolar AS juga karena data ekonomi yang positif di Negeri Paman Sam. Kementerian Perdagangan AS mengumumkan penjualan ritel naik 0,8% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada Oktober, dari minus 0,1% pada bulan sebelumnya. Secara tahunan, penjualan ritel tumbuh 4,6% pada Oktober, lebih kencang dari bulan sebelumnya yaitu 4,2%.
Adapun data penjualan ritel inti (mengeluarkan komponen kendaraan bermotor, BBM, bahan bangunan, dan jasa makanan) juga mampu tumbuh 0,3% MtM. Data ini berkorelasi erat dengan komponen konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDB.
Positifnya data penjualan ritel mampu menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi AS yang kuat pada kuartal IV-2018. Pasalnya, konsumsi berkontribusi nyaris 70% bagi perekonomian Negeri Adidaya.
Hal ini bisa kembali menjadi alasan bagi The Federal Reserve/The Fed untuk mengerek suku bunga acuannya sekali lagi pada tahun ini, yakni pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada rapat 19 Desember adalah 72,3%.
Apabila sentimen positif bagi dolar AS berlanjut, maka penguatannya akan sulit dibendung. Menjadi tantangan berat bagi rupiah untuk melanjutkan performa impresif seperti kemarin.
Harapan bagi Indonesia adalah investor masih dalam euforia akibat kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate. Jika tuah suku bunga acuan masih ada, maka aset-aset berbasis rupiah kembali jadi buruan investor sehingga bisa menopang penguatan IHSG, obligasi pemerintah, dan nilai tukar rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Adapun data penjualan ritel inti (mengeluarkan komponen kendaraan bermotor, BBM, bahan bangunan, dan jasa makanan) juga mampu tumbuh 0,3% MtM. Data ini berkorelasi erat dengan komponen konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDB.
Positifnya data penjualan ritel mampu menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi AS yang kuat pada kuartal IV-2018. Pasalnya, konsumsi berkontribusi nyaris 70% bagi perekonomian Negeri Adidaya.
Hal ini bisa kembali menjadi alasan bagi The Federal Reserve/The Fed untuk mengerek suku bunga acuannya sekali lagi pada tahun ini, yakni pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada rapat 19 Desember adalah 72,3%.
Apabila sentimen positif bagi dolar AS berlanjut, maka penguatannya akan sulit dibendung. Menjadi tantangan berat bagi rupiah untuk melanjutkan performa impresif seperti kemarin.
Harapan bagi Indonesia adalah investor masih dalam euforia akibat kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate. Jika tuah suku bunga acuan masih ada, maka aset-aset berbasis rupiah kembali jadi buruan investor sehingga bisa menopang penguatan IHSG, obligasi pemerintah, dan nilai tukar rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular