
Newsletter
Berharap Tuah Bunga Acuan
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
16 November 2018 05:33

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu kinerja Wall Street yang lumayan oke. Hijaunya Wall Street diharapkan menjadi penyemangat investor di Asia untuk meraih pencapaian serupa.
Kedua adalah nilai tukar dolar AS yang menguat. Pada pukul 04:49 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) naik 0,29%.
Investor kembali ke pelukan dolar AS akibat kabar buruk dari Inggris. Setelah perundingan Brexit yang sempat positif dengan kesepakatan di kabinet, datang berita mengejutkan.
Dominic Raab, Menteri Urusan Brexit Inggris, memutuskan mundur dari kabinet. Dia menyatakan tidak bisa menerima kesepakatan yang tercapai di level kabinet.
"Saya tidak bisa berdamai dengan kesepakatan ini. Ini masalah kepercayaan publik, saya tidak bisa mendukung kesepakatan ini," tegas Raab, mengutip Reuters.
Menurut Raab, draf yang diinisiasi Perdana Menteri Theresa May tersebut berpotensi melanggar keadaulatan Negeri John Bull. Sebab, draf itu menyebutkan bahwa pada akhirnya Brussel memiliki hak veto untuk membatalkan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
"Tidak ada negara demokratis yang tunduk terhadap rezim ekstensif seperti ini. Dipengaruhi secara eksternal untuk membuat aturan, dan tidak memiliki kuasa untuk keluar dari kesepakatan," tambah Raab.
Perkembangan ini membuat situasi Brexit kembali runyam. Dalam pembahasan di parlemen, PM May ditertawakan ketika menyebut Inggris akan melalui Brexit dengan 'mulus dan tertib'.
Jika nantinya lolos di parlemen, maka draf ini akan dibawa ke tingkat Uni Eropa dan dirapatkan pada 25 November. Sejauh ini tidak ada keberatan dari Brussel. "Kami puas," ujar Antonio Tajani, Presiden Parlemen Uni Eropa, menanggapi draf yang diajukan Inggris, seperti dikutip Reuters.
Namun, investor melihat jalan menuju Brexit yang mulus masih sangat berliku. Oleh karena itu, risiko ketidakpastian masih tinggi sehingga pelaku pasar memilih bermain aman untuk sementara. Pilihan pun jatuh kepada dolar AS.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Kedua adalah nilai tukar dolar AS yang menguat. Pada pukul 04:49 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) naik 0,29%.
Investor kembali ke pelukan dolar AS akibat kabar buruk dari Inggris. Setelah perundingan Brexit yang sempat positif dengan kesepakatan di kabinet, datang berita mengejutkan.
Dominic Raab, Menteri Urusan Brexit Inggris, memutuskan mundur dari kabinet. Dia menyatakan tidak bisa menerima kesepakatan yang tercapai di level kabinet.
"Saya tidak bisa berdamai dengan kesepakatan ini. Ini masalah kepercayaan publik, saya tidak bisa mendukung kesepakatan ini," tegas Raab, mengutip Reuters.
Menurut Raab, draf yang diinisiasi Perdana Menteri Theresa May tersebut berpotensi melanggar keadaulatan Negeri John Bull. Sebab, draf itu menyebutkan bahwa pada akhirnya Brussel memiliki hak veto untuk membatalkan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
"Tidak ada negara demokratis yang tunduk terhadap rezim ekstensif seperti ini. Dipengaruhi secara eksternal untuk membuat aturan, dan tidak memiliki kuasa untuk keluar dari kesepakatan," tambah Raab.
Perkembangan ini membuat situasi Brexit kembali runyam. Dalam pembahasan di parlemen, PM May ditertawakan ketika menyebut Inggris akan melalui Brexit dengan 'mulus dan tertib'.
Jika nantinya lolos di parlemen, maka draf ini akan dibawa ke tingkat Uni Eropa dan dirapatkan pada 25 November. Sejauh ini tidak ada keberatan dari Brussel. "Kami puas," ujar Antonio Tajani, Presiden Parlemen Uni Eropa, menanggapi draf yang diajukan Inggris, seperti dikutip Reuters.
Namun, investor melihat jalan menuju Brexit yang mulus masih sangat berliku. Oleh karena itu, risiko ketidakpastian masih tinggi sehingga pelaku pasar memilih bermain aman untuk sementara. Pilihan pun jatuh kepada dolar AS.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular