
Newsletter
AS-China Panas Lagi? Ekonomi Indonesia Melambat? Aduh...
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 November 2018 05:56

Dari Wall Street, optimisme juga merebak seperti halnya di Asia. Sepanjang pekan lalu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 2,36%, S&P 500 melonjak 2,42%, dan Nasdaq Composite melambung 2,65%.
Sentimen besarnya kemungkinan damai dagang AS-China juga menjadi motor utama penguatan Wall Street. Satu risiko besar yaitu perang dagang AS-China diharapkan bisa hilang, sehingga investor berani masuk ke instrumen berisiko seperti saham.
Selain itu, kinerja keuangan emiten di bursa saham New York juga lumayan moncer. Pada kuartal III-2018, Facebook membukukan laba per saham (Earnings per Share/EPS) sebesar US$ 1,76. Tumbuh 9% dibandingkan tahun sebelumnya, dan berada di atas konsensus pasar yang memperkirakan di angka US$ 1,48.
Kenaikan harga saham Facebook ikut mengerek saham-saham teknologi lainnya. Amazon menanjak 8,23% selama sepekan lalu. Kemudian Netflix melonjak 2,94%, Alphabet (induk usaha Google) terdongkrak 3,55%, Microsoft bertambah 2,22%, Intel melesat 3,77%, dan Twitter meroket 5,89%.
Sejauh ini laporan keuangan emiten masih memuaskan. Data Refinitiv menyebutkan, 78% dari laporan keuangan yang masuk melebihi ekspektasi pasar.
Selain perkembangan positif di saham-saham teknologi, lonjakan Wall Street juga menjadi semacam perayaan untuk melepas bulan Oktober. Sepertinya Oktober meninggalkan kenangan buruk di benak pelaku pasar, dan ada kelegaan saat dia pergi.
Maklum saja, aksi jual massal atau sell off beberapa kali terjadi pada Oktober yang membuat DJIA rontok 5,1% dalam sebulan. Sedangkan S&P 500 anjlok 6,9% dan Nasdaq ambrol 9,2%.
"Investor bahagia bahwa Oktober sudah berlalu. Segala kekhawatiran yang terjadi kini sudah pergi," ujar Peter Tuz, Presiden di Chase Investment Counsel yang berbasis di Virginia, dikutip dari Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Sentimen besarnya kemungkinan damai dagang AS-China juga menjadi motor utama penguatan Wall Street. Satu risiko besar yaitu perang dagang AS-China diharapkan bisa hilang, sehingga investor berani masuk ke instrumen berisiko seperti saham.
Selain itu, kinerja keuangan emiten di bursa saham New York juga lumayan moncer. Pada kuartal III-2018, Facebook membukukan laba per saham (Earnings per Share/EPS) sebesar US$ 1,76. Tumbuh 9% dibandingkan tahun sebelumnya, dan berada di atas konsensus pasar yang memperkirakan di angka US$ 1,48.
Kenaikan harga saham Facebook ikut mengerek saham-saham teknologi lainnya. Amazon menanjak 8,23% selama sepekan lalu. Kemudian Netflix melonjak 2,94%, Alphabet (induk usaha Google) terdongkrak 3,55%, Microsoft bertambah 2,22%, Intel melesat 3,77%, dan Twitter meroket 5,89%.
Sejauh ini laporan keuangan emiten masih memuaskan. Data Refinitiv menyebutkan, 78% dari laporan keuangan yang masuk melebihi ekspektasi pasar.
Selain perkembangan positif di saham-saham teknologi, lonjakan Wall Street juga menjadi semacam perayaan untuk melepas bulan Oktober. Sepertinya Oktober meninggalkan kenangan buruk di benak pelaku pasar, dan ada kelegaan saat dia pergi.
Maklum saja, aksi jual massal atau sell off beberapa kali terjadi pada Oktober yang membuat DJIA rontok 5,1% dalam sebulan. Sedangkan S&P 500 anjlok 6,9% dan Nasdaq ambrol 9,2%.
"Investor bahagia bahwa Oktober sudah berlalu. Segala kekhawatiran yang terjadi kini sudah pergi," ujar Peter Tuz, Presiden di Chase Investment Counsel yang berbasis di Virginia, dikutip dari Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular