
AS-Arab Saudi Tegang, Prancis Cari Perkara, Dolar AS Cuan

Sentimen ketiga adalah perkembangan di Eropa. Selain Italia, ternyata ada lagi negara yang coba bermain api dengan fiskal. Namanya Prancis.
Uni Eropa mengirimkan surat kepada Prancis yang berisi peringatan untuk mengurangi utang pemerintah. Pada 2017, rasio utang pemerintah Prancis adalah 97% PDB. Naik dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 96,6%.
Untuk menurunkan utang, pemerintah Prancis berkomitmen memangkas defisit 0,6% PDB setiap tahunnya. Namun untuk tahun ini, pemotongan defisit hanya 0,1% dan tahun depan adalah 0,3%.
Situasi ini lantas mengindikasikan bahwa tidak hanya Italia yang bermasalah dengan Uni Eropa. Apabila kondisinya memanas, kisruh bisa saja berlanjut ke Prancis, atau bahkan negara Eropa lainnya.
Italia saja sudah membuat pelaku pasar pusing, kini ditambah Prancis ikut cari perkara. Apalagi Negeri Anggur adalah perekonomian terbesar kedua di Benua Biru. Risiko di Prancis tentu menjadi perhatian investor.
Sentimen keempat adalah nilai tukar dolar AS yang masih perkasa. Pada pukul 05:06 WIB, Dollar Index menguat 0,43%. Berbagai risiko yang sudah disebutkan mulai dari dinamika kasus Khasshogi sampai gaduh fiskal di Eropa sepertinya sudah membuat investor menentukan pilihan yaitu bermain aman.
Tujuan paling masuk akal saat ini adalah dolar AS, karena selain aman juga menjanjikan cuan seiring tren kenaikan suku bunga acuan. Meski penjualan rumah menurun dan dunia usaha mulai khawatir dengan perang dagang, The Fed memang sepertinya masih ingin menempuh kebijakan moneter yang cenderung ketat.
Loretta Mester, Presiden The Fed Cleveland, menegaskan AS masih jauh dari resesi. Bahkan menurut Mester, data-data ekonomi terkini menunjukkan bahwa ekonomi AS semakin kuat dan berkesinambungan. Oleh karena itu, Mester tidak mengubah pandangannya bahwa kenaikan suku bunga secara gradual tetap menjadi prioritas untuk menjaga ekspansi ekonomi AS yang berkelanjutan.
Apabila penguatan dolar AS pagi terus bertahan, maka akan menjadi kabar buruk buat rupiah dan IHSG. Arus modal yang terpusat ke dolar AS membuat rupiah dan IHSG kekurangan tenaga untuk menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
