
Newsletter
The Fed, Pelayan Menyebalkan yang Jadi Sorotan
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
17 October 2018 06:04

Dari Wall Street, tiga indeks utama melaju kencang. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melompat 2,17%, S&P 500 melesat 2,15%, dan Nasdaq Composite melejit 2,94%.
Laporan keuangan yang memuaskan menjadi penyebab lonjakan di bursa saham New York. Laba per saham (Earnings Per Share/EPS) Johnson & Johnson pada kuartal III-2018 tercatat US$ 2,05, di atas ekspektasi pasar yaitu US$ 2,03. Harga saham emiten ini melonjak 1,95%.
Kemudian EPS UnitedHealth, perusahaan asuransi kesehatan terbesar di AS, membukukan EPS US$ 3,41 atau di atas perkiraan pasar yang sebesar US$ 3,29. Harga sahamnya pun meroket 4,73%.
Sementara Goldman Sachs berhasil mencatat EPS US$ 6,28, cukup jauh di atas proyeksi pasar yaitu US$ 5,38. Saham Goldman Sachs mendapat apresiasi investor sehingga melesat 3,01%.
Emiten keuangan lainnya yaitu Morgan Stanley juga memberikan laporan kinerja yang mentereng dengan EPS US$ 1,17 atau melampaui proyeksi pasar sebesar US$ 1,01. Hasilnya paten, saham Morgan Stanley terbang 5,68%.
Selain itu, rilis data ekonomi di AS juga yang positif juga memberikan energi tambahan. Produksi industri di Negeri Paman Sam pada September naik 0,3% secara month-to-month (MtM). Lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu naik 0,2%.
Data lainnya adalah pembukaan lapangan kerja yang mencapai 5,78 juta pada Agustus, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Angka ini naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,71 juta.
Namun pembukaan lapangan kerja yang masif justru menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, ke depan bisa saja yang terjadi adalah industri AS yang kekurangan tenaga kerja karena sudah terserap seluruhnya.
"Perusahaan membutuhkan pekerja lebih dari yang bisa disediakan. Ini bisa menyebabkan perlambatan ekonomi pada masa mendatang," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
"Kita tidak pernah mengalami masalah kekurangan tenaga kerja. Namun dalam beberapa tahun ke depan ini akan menjadi risiko terbesar," tambah Rupkey.
(aji/aji)
Laporan keuangan yang memuaskan menjadi penyebab lonjakan di bursa saham New York. Laba per saham (Earnings Per Share/EPS) Johnson & Johnson pada kuartal III-2018 tercatat US$ 2,05, di atas ekspektasi pasar yaitu US$ 2,03. Harga saham emiten ini melonjak 1,95%.
Kemudian EPS UnitedHealth, perusahaan asuransi kesehatan terbesar di AS, membukukan EPS US$ 3,41 atau di atas perkiraan pasar yang sebesar US$ 3,29. Harga sahamnya pun meroket 4,73%.
Sementara Goldman Sachs berhasil mencatat EPS US$ 6,28, cukup jauh di atas proyeksi pasar yaitu US$ 5,38. Saham Goldman Sachs mendapat apresiasi investor sehingga melesat 3,01%.
Emiten keuangan lainnya yaitu Morgan Stanley juga memberikan laporan kinerja yang mentereng dengan EPS US$ 1,17 atau melampaui proyeksi pasar sebesar US$ 1,01. Hasilnya paten, saham Morgan Stanley terbang 5,68%.
Selain itu, rilis data ekonomi di AS juga yang positif juga memberikan energi tambahan. Produksi industri di Negeri Paman Sam pada September naik 0,3% secara month-to-month (MtM). Lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu naik 0,2%.
Data lainnya adalah pembukaan lapangan kerja yang mencapai 5,78 juta pada Agustus, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Angka ini naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,71 juta.
Namun pembukaan lapangan kerja yang masif justru menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, ke depan bisa saja yang terjadi adalah industri AS yang kekurangan tenaga kerja karena sudah terserap seluruhnya.
"Perusahaan membutuhkan pekerja lebih dari yang bisa disediakan. Ini bisa menyebabkan perlambatan ekonomi pada masa mendatang," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
"Kita tidak pernah mengalami masalah kekurangan tenaga kerja. Namun dalam beberapa tahun ke depan ini akan menjadi risiko terbesar," tambah Rupkey.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular