Newsletter

Perang Dagang Mungkin Reda, Tapi Tetap Harus Waspada

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 September 2018 05:38
Kenaikan Yield Obligasi AS Untungkan Wall Street
Foto: REUTERS/Lucas Jackson
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif tetapi cenderung menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,61%, S&P 500 bertambah 0,12%, tetapi Nasdaq Composite terkoreksi tipis 0,05%. 

Sejak akhir pekan lalu, dolar AS mengalami tekanan. Ini terlihat dari Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) yang melemah 0,4%. 

Pelemahan dolar AS membuat instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi kehilangan pamor. Akibatnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bergerak naik, yang menandakan harga sedang terkoreksi karena terjadi tekanan jual. Sejak akhir pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 7,23 basis poin, cukup signifikan. 


Kenaikan yield obligasi pemerintah membuat saham-saham perbankan di Wall Street melesat. Maklum, perbankan adalah pihak yang banyak memegang obligasi pemerintah. Kenaikan yield tentu akan membantu mendongkrak laba mereka. 

Indeks sektor keuangan di DJIA melesat 2,41%. Sementara saham-saham perbankan yang melejit antara lain Goldman Sachs (+2,92%), JPMorgan Chase (+2,9%), Citigroup (+3,31%), dan Wells Fargo (+1,32%). 

Selain itu, kenaikan yield menandakan pasar obligasi AS sedang bearish. Aliran dana investor lebih deras mengalir ke pasar saham. 

Sektor kedua yang menyumbang penguatan Wall Street adalah energi. Indeks sektor energi di DJIA naik 1,18%. 

Penyebabnya adalah kenaikan harga minyak. Pada pukul 04:29 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,34% sementara light sweet melonjak sampai 2,28%. Light sweet adalah jenis minyak yang dipakai di AS. 

Lonjakan harga minyak jenis light sweet terjadi setelah rilis data cadangan minyak AS. Sampai pekan lalu, cadangan minyak Negeri Paman Sam turun 2,1 juta barel dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 394,1 juta barel. Cadangan minyak AS mencapai titik terendah sejak Februari 2015. 

Penurunan cadangan minyak dikhawatirkan mempengaruhi pasokan di pasar. Sementara permintaan masih cukup tinggi mengingat ekonomi AS diperkirakan tumbuh di kisaran 4% pada kuartal III-2018. Kombinasi pasokan yang berkurang ditambah permintaan yang naik tentu menghasilkan kenaikan harga. 

Saham-saham emiten migas pun melompat cukup signifikan. Harga saham Exxon Mobil naik 1,19% sementara Chevron bertambah 1,17%. 

Namun saham-saham teknologi mengalami tekanan sehingga membuat indeks Nasdaq terkoreksi. Saham Microsoft anjlok 1,33% setelah pengumuman dividen kuartalan yang naik 10% secara tahunan. Morgan Stanley menyebutkan jumlah itu di bawah pertumbuhan laba operasional selama 12 bulan terakhir sehingga membuat investor kecewa dan melepas saham Microsoft. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular