Perang Dagang Tak Sepanas Prediksi, Pasar Obligasi Melesat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
19 September 2018 20:04
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat signifikan ketika reaksi atas perang dagang tidak sepanas yang dibayangkan. 

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menekan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri yang harganya paling terapresiasi hari ini adalah tenor 10 tahun, yang sekaligus menurunkan yield-nya sebesar 19 basis poin (bps) menjadi 8,25%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Seri lain yaitu 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun juga menguat, dengan penurunan yield 15 bps, 13 bps, dan 16 bps menjadi 8,17%, 8,56%, dan 8,83%. 

Meskipun menguat signifikan, tetapi penguatan lebih mengendur dibandingkan kenaikan pada perdagangan pagi.

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini dipengaruhi sentimen positif dari perkembangan perang dagang yang tidak separah yang dibayangkan pelaku pasar. Selain itu, aksi jual surat berharga pemerintah AS (US Treasury/UST) oleh China juga membuat posisi pemerintah AS sedikit gamang untuk kembali melanjutkan perang dagangnya.

Yield Obligasi Negara Acuan 19 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 18 Sep 2018 (%) Yield 19 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.3318.174-15.70
FR006410 tahun8.4448.25-19.40
FR006515 tahun8.6998.569-13.00
FR007520 tahun8.9978.832-16.50
Avg movement-16.15
Sumber: Reuters 

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut naik 1,45 poin (0,65%) menjadi 226,65 dari posisi kemarin 225,19. 

Penguatan harga SBN hari ini juga membuat selisih(spread) dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 519 bps, menyempir dari posisi kemarin 544 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,05%. Meskipun menyempit, spread tersebut masih lebar, di atas level psikologis 500 bps.

Spread yang masih lebar itu seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik signifikan 1,06% menjadi 5.873 hingga penutupan tadi sore. Nilai tukar rupiah masih melemah 0,13% menjadi Rp 14.870 di hadapan setiap dolar AS.  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular