
Newsletter
Perang Dagang Masih Dominan, Ke Mana Arah Angin Hari Ini?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 September 2018 05:28

Sentimen ketiga adalah harga komoditas, utamanya minyak. Pada pukul 04:48 WIB, harga minyak jenis brent lompat 1,1% sementara light sweet melejit 1,22%.
Kekhawatiran terhadap pasokan si emas hitam menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga. Reuters memberitakan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) belum menyiapkan langkah untuk menambal kekurangan pasokan dari Iran dan Venezuela.
Iran sedang menjalani sanksi dari AS, dan membuat perusahaan-perusahaan (terutama asing) enggan berbisnis dengan Negeri Persia. Akibatnya produksi dan ekspor minyak Iran terus menurun.
Sedangkan Venezuela sedang mengalami krisis ekonomi-sosial-politik. Ditambah lagi ada sanksi dari AS. Seperti Iran, produksi dan ekspor minyak negara ini pun turun drastis.
Akhir pekan lalu, para menteri energi anggota OPEC bertemu. Seorang sumber mengatakan belum ada kesepakatan mengenai skema tambahan produksi. Artinya, ke depan ada potensi pasokan minyak di pasar dunia akan seret. Ini tentu membuka peluang untuk kenaikan harga, dan sudah terjadi sekarang.
Kenaikan harga minyak bisa berdampak positif bagi pasar keuangan Indonesia. Emiten migas dan pertambangan akan mendapat apresiasi kala harga minyak naik, dan bisa saja mengangkat IHSG secara keseluruhan.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data penjualan mobil. Pada Agustus 2018, penjualan mobil di Indonesia tercatat 102.197 unit atau naik 5,08% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Data ini bisa menjadi sinyal bahwa konsumsi masyarakat sebenarnya masih menggeliat. Saat rupiah melemah dan harga mobil ikut naik, penjualan masih mampu tumbuh. Ini tentu sebuah kabar baik yang bisa menjadi sentimen positif di pasar.
(aji/aji)
Kekhawatiran terhadap pasokan si emas hitam menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga. Reuters memberitakan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) belum menyiapkan langkah untuk menambal kekurangan pasokan dari Iran dan Venezuela.
Iran sedang menjalani sanksi dari AS, dan membuat perusahaan-perusahaan (terutama asing) enggan berbisnis dengan Negeri Persia. Akibatnya produksi dan ekspor minyak Iran terus menurun.
Sedangkan Venezuela sedang mengalami krisis ekonomi-sosial-politik. Ditambah lagi ada sanksi dari AS. Seperti Iran, produksi dan ekspor minyak negara ini pun turun drastis.
Akhir pekan lalu, para menteri energi anggota OPEC bertemu. Seorang sumber mengatakan belum ada kesepakatan mengenai skema tambahan produksi. Artinya, ke depan ada potensi pasokan minyak di pasar dunia akan seret. Ini tentu membuka peluang untuk kenaikan harga, dan sudah terjadi sekarang.
Kenaikan harga minyak bisa berdampak positif bagi pasar keuangan Indonesia. Emiten migas dan pertambangan akan mendapat apresiasi kala harga minyak naik, dan bisa saja mengangkat IHSG secara keseluruhan.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data penjualan mobil. Pada Agustus 2018, penjualan mobil di Indonesia tercatat 102.197 unit atau naik 5,08% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Data ini bisa menjadi sinyal bahwa konsumsi masyarakat sebenarnya masih menggeliat. Saat rupiah melemah dan harga mobil ikut naik, penjualan masih mampu tumbuh. Ini tentu sebuah kabar baik yang bisa menjadi sentimen positif di pasar.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Most Popular