
Newsletter
Perang Dagang Masih Dominan, Ke Mana Arah Angin Hari Ini?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 September 2018 05:28

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah kinerja Wall Street yang positif, seolah masa bodoh dengan perang dagang AS-China. Diharapkan hawa positif ini bisa menular ke Asia, termasuk Indonesia.
Kedua adalah perkembangan perang dagang AS-China. Meski kemarin angin tidak berpihak kepada AS, tetapi dinamika yang terjadi perlu terus dimonitor.
"Keputusan Presiden Trump sangat ceroboh. Ini akan melukai berbagai pihak di penjuru negeri," tegas Dean Garfield, Presiden Information Technology Industry Council, dikutip dari Reuters.
Suara kritis juga datang dari Kenneth Jarrett, Presiden US Chambers of Commerce. Menurutnya seperempat anggota kamar dagang AS akan terkena dampak negatif dari bea masuk atas produk China. Penerapan bea masuk untuk memancing investasi dan penciptaan lapangan kerja di AS juga dinilainya tidak akan berhasil, yang ada malah lapangan kerja menyusut karena kenaikan beban dunia usaha.
Bagaimana penyikapan investor terhadap isu perang dagang sepertinya akan menjadi kunci perdagangan hari ini. Ada kemungkinan lagi-lagi investor memasang mode risk-off, berani mengambil risiko karena perang dagang justru akan merugikan AS sendiri.
Namun terbuka pula peluang pelaku pasar kembali gentar dan memilih bermain aman di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini. Pasalnya, dolar AS mulai terlihat bangkit. Pertanda bahwa pelaku pasar masih cenderung menghindari risiko dan condong melirik safe haven.
Pada pukul 04:59 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,12%. Bila penguatan ini bertahan, maka dolar AS akan kembali dominan terhadap mata uang dunia, termasuk di Asia. Arah angin masih bisa berubah, berbalik memihak Negeri Paman Sam.
(aji/aji)
Kedua adalah perkembangan perang dagang AS-China. Meski kemarin angin tidak berpihak kepada AS, tetapi dinamika yang terjadi perlu terus dimonitor.
"Keputusan Presiden Trump sangat ceroboh. Ini akan melukai berbagai pihak di penjuru negeri," tegas Dean Garfield, Presiden Information Technology Industry Council, dikutip dari Reuters.
Suara kritis juga datang dari Kenneth Jarrett, Presiden US Chambers of Commerce. Menurutnya seperempat anggota kamar dagang AS akan terkena dampak negatif dari bea masuk atas produk China. Penerapan bea masuk untuk memancing investasi dan penciptaan lapangan kerja di AS juga dinilainya tidak akan berhasil, yang ada malah lapangan kerja menyusut karena kenaikan beban dunia usaha.
Bagaimana penyikapan investor terhadap isu perang dagang sepertinya akan menjadi kunci perdagangan hari ini. Ada kemungkinan lagi-lagi investor memasang mode risk-off, berani mengambil risiko karena perang dagang justru akan merugikan AS sendiri.
Namun terbuka pula peluang pelaku pasar kembali gentar dan memilih bermain aman di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini. Pasalnya, dolar AS mulai terlihat bangkit. Pertanda bahwa pelaku pasar masih cenderung menghindari risiko dan condong melirik safe haven.
Pada pukul 04:59 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,12%. Bila penguatan ini bertahan, maka dolar AS akan kembali dominan terhadap mata uang dunia, termasuk di Asia. Arah angin masih bisa berubah, berbalik memihak Negeri Paman Sam.
(aji/aji)
Pages
Most Popular