
Newsletter
AS-China Siap 'Gencatan Senjata'?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 September 2018 05:40

Ketiga adalah rilis data ekonomi di AS yaitu indeks harga produsen atau inflasi di tingkat pabrik. Pada Agustus 2018, inflasi produsen AS tercatat 2,8% secara year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,3%. Angka 2,8% juga di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 3,2%.
Namun, indeks harga produsen inti (yang mengeluarkan komponen makanan, energi, dan jasa perdagangan) masih tercatat naik 2,9% pada Agustus. Lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,8%.
Meski ada perlambatan di sisi produsen, tetapi inflasi AS di sisi konsumen masih cukup kuat. Hal ini terbukti dari positifnya indikator yang digunakan The Federal Reserve/The Fed dalam mengukur inflasi, yakni Personal Consumption Expenditure inti (Core PCE) dan upah per jam rata-rata.
Core PCE meningkat 2% pada Juli, sesuai dengan target The Fed. Sepanjang tahun ini, sudah tiga kali Core PCE menyentuh target 2%.
Sementara upah per jam rata-rata AS pada Agustus meningkat 2,9%. Capaian itu mampu melampaui konsensus yang dihimpun Reuters, yaitu 2,7%. Secara historis, peningkatan tahunan itu merupakan yang terbesar sejak Juni 2009.
Artinya, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebanyak dua kali lagi hingga akhir tahun masih sangat terbuka. Mengutip CME Fedwatch, 95% pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan AS naik 25 basis poin menjadi 2-2,5% pada pertemuan The Fed bulan ini. Sedangkan 5% sisanya memperkirakan ada kenaikan 50 basis poin menjadi 2,25-2,5%. Tidak ada yang memperkirakan suku bunga ditahan di 1,75-2%.
Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi pada Desember, di mana 77,8% pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan berubah menjadi 2,25-2,5%. Bahkan ada 4% suara yang memperkirakan suku bunga acuan pada akhir tahun menjadi 2,5-2,75%.
Saat ada kabar suku bunga acuan naik, maka masih ada peluang dolar AS bisa menguat. Sebab meski bertujuan mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi, kenaikan suku bunga punya dampak lain yaitu membuat pasar keuangan lebih menarik karena ada kenaikan imbalan investasi. Bila sampai ada aliran modal yang mengarah ke AS karena mencari keuntungan, maka dolar AS bisa kembali perkasa dan rupiah perlu waspada.
(aji/aji)
Namun, indeks harga produsen inti (yang mengeluarkan komponen makanan, energi, dan jasa perdagangan) masih tercatat naik 2,9% pada Agustus. Lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,8%.
Meski ada perlambatan di sisi produsen, tetapi inflasi AS di sisi konsumen masih cukup kuat. Hal ini terbukti dari positifnya indikator yang digunakan The Federal Reserve/The Fed dalam mengukur inflasi, yakni Personal Consumption Expenditure inti (Core PCE) dan upah per jam rata-rata.
Core PCE meningkat 2% pada Juli, sesuai dengan target The Fed. Sepanjang tahun ini, sudah tiga kali Core PCE menyentuh target 2%.
Sementara upah per jam rata-rata AS pada Agustus meningkat 2,9%. Capaian itu mampu melampaui konsensus yang dihimpun Reuters, yaitu 2,7%. Secara historis, peningkatan tahunan itu merupakan yang terbesar sejak Juni 2009.
Artinya, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebanyak dua kali lagi hingga akhir tahun masih sangat terbuka. Mengutip CME Fedwatch, 95% pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan AS naik 25 basis poin menjadi 2-2,5% pada pertemuan The Fed bulan ini. Sedangkan 5% sisanya memperkirakan ada kenaikan 50 basis poin menjadi 2,25-2,5%. Tidak ada yang memperkirakan suku bunga ditahan di 1,75-2%.
Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi pada Desember, di mana 77,8% pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan berubah menjadi 2,25-2,5%. Bahkan ada 4% suara yang memperkirakan suku bunga acuan pada akhir tahun menjadi 2,5-2,75%.
Saat ada kabar suku bunga acuan naik, maka masih ada peluang dolar AS bisa menguat. Sebab meski bertujuan mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi, kenaikan suku bunga punya dampak lain yaitu membuat pasar keuangan lebih menarik karena ada kenaikan imbalan investasi. Bila sampai ada aliran modal yang mengarah ke AS karena mencari keuntungan, maka dolar AS bisa kembali perkasa dan rupiah perlu waspada.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Most Popular