Newsletter

Selamat Tahun Baru Hijriah! Setelah Libur, Mau ke Mana IHSG?

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 September 2018 05:53
Wall Street Terangkat Gara-gara iPhone Baru
Ilustrasi Perdagangan di Wall Street (REUTERS/Andrew Kelly)
Dari Wall Street, tiga indeks utama sudah mampu mencatat penguatan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,44%, S&P 500 menguat 0,37%, dan Nasdaq Composite melaju 0,81%. 

Wall Street terdongkrak oleh dua faktor utama. Pertama adalah kenaikan saham Apple yang mencapai 2,52%. Kenaikan ini dipicu oleh ekspektasi dirilisnya iPhone model terbaru pada 12 September waktu AS. 

Apple berencana menggelar sebuah acara di Cupertino (California) pada 12 September waktu setempat. Undangan Apple untuk acara ini diberi warna emas, sehingga memunculkan spekulasi bahwa iPhone model terbaru akan memiliki warna serupa.  

Pelaku pasar memperkirakan Apple akan memperkenalkan tiga seri ponsel baru pada tahun ini, termasuk yang memiliki layar lebih besar. Tidak hanya pelaku pasar, masyarakat umum pun menantikan dengan penuh harap kejutan dari iPhone seri terbaru. 

Kenaikan harga saham Apple ikut mendongkrak saham-saham teknologi lainnya. Facebook naik 1,07%, Amazon menguat 2,48%, Netflix bertambah 2,16%, Alphabet (induk usaha Google) melaju 1,27%, dan Microsoft surplus 1,7%. 

Sedangkan faktor kedua adalah kenaikan harga minyak. Pada pukul 04:45 WIB, harga minyak jenis brent naik 2,7% sementara light sweet meroket 3,51%. 

Penyebabnya adalah kekhawatiran investor yang semakin besar terhadap kondisi di Iran. Sanksi AS membuat ekspor minyak Negeri Persia seret. Beberapa pihak mulai enggan berbisnis dengan Iran karena takut kena semprit Paman Trump. 

Teranyar, perusahaan minyak milik negara di India yaitu Bharat Petroleum Corp tidak lagi membeli minyak dari Iran mulai Oktober. Namun untuk bulan ini, perusahaan tersebut masih membeli minyak dari Iran sebanyak 1 juta barel. 

AS mendesak agar negara-negara sekutunya tidak lagi mendatangkan minyak dari Iran mulai November mendatang. Sejak keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran, AS memang sangat galak terhadap mereka. AS lagi-lagi menuduhkan lagu lama kepada Iran, yaitu pengayaan uranium, pengembangan senjata nuklir, serta keterlibatan dalam konflik di sejumlah negara seperti Suriah dan Yaman. 

Namun bagaimana pun, ancaman AS sukses membuat dunia usaha ketakutan. Satu per satu mulai angkat kaki dan menghentikan kerja sama dengan Iran. Akibatnya pasokan minyak Iran ke pasar dunia terus-menerus berkurang.

Per akhir Agustus, Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) mencatat ekspor dari Iran adalah 7,59 juta barel/hari. Turun dibandingkan sebulan sebelumnya yaitu 9,54 juta barel/hari. Pada akhir September, OPEC memperkirakan pasokan minyak dari Iran tinggal 800.000 barel/hari. 

Anjloknya pasokan minyak dari Iran tersebut tentu mempengaruhi pembentukan harga. Pasokan yang berkurang lumayan drastis membuat harga terkerek ke atas.  

Di Wall Street, saham-saham energi mengalami lonjakan akibat kenaikan harga si emas hitam. Saham Exxon Mobil naik 1,41% sementara Chevron menguat 0,47%. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular