Newsletter

Dapat Tambahan Gula, Dolar AS Siap Menggila

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 September 2018 06:01
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen ketiga, adalah hawa perang dagang yang masih hangat. Apalagi otoritas China merilis data surplus perdagangan dengan AS yang semakin lebar. 

Beijing mengumumkan ekspor China pada Agustus 2015 tumbuh 9,8% YoY sementara impor melonjak 20% YoY. Negeri Tirai Bambu masih membukukan surplus perdagangan US$ 27,91 miliar. 

Dengan AS, China mencatat ada surplus US$ 31,05 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 28,09 miliar. Ini bisa menjadi sumber masalah, karena dapat dijadikan alasan bagi AS untuk mengobarkan perang dagang. AS (maaf, lebih tepatnya Trump) tentu tidak mau terus-menerus tekor saat berdagang dengan China, sehingga instrumen kenaikan bea masuk menjadi andalan untuk meredam impor. 

Bila ada kabar dari Washington seputar rencana pengenaan bea masuk terhadap impor produk China senilai US$ 267 miliar, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global. Investor akan dipaksa bermain aman, tidak mau mengambil aset-aset berisiko apalagi di negara berkembang. Bila ini terjadi, maka IHSG dan rupiah akan terancam sementara dolar AS semakin berjaya. 

Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah data cadangan devisa. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir Agustus 2018 sebesar US$ 117,9 miliar, turun US$ 410 juta dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi ini menjadi yang paling rendah sejak Januari 2017. 

Penurunan cadangan devisa terjadi seiring dengan langkah BI dalam melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah. Selama Agustus, rupiah melemah 2,15% dan tanpa intervensi BI bisa saja depresiasinya lebih dalam. 

Bisa terjadi dua persepsi mengenai cadangan devisa. Pertama kabar baiknya dulu. Penurunan cadangan devisa bisa dipandang sebagai komitmen bank sentral untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Pelaku pasar semestinya bisa tenang, karena BI selalu siap menjaga rupiah dengan cadangan devisa sebagai taruhannya. 

Penurunan cadangan devisa pada Agustus juga relatif minimal, tidak menyentuh angka miliaran dolar AS. Artinya, intervensi BI dilakukan secara terukur dan efektif, tidak menghamburkan peluru ke segala penjuru. Atau mungkin saja dengan intervensi yang minim laju rupiah sudah bisa dikendalikan karena mulai stabil. 

Sementara kabar buruknya adalah cadangan devisa Indonesia semakin berkurang. Sejak Februari 2018, cadangan devisa tidak pernah naik.  

Artinya, amunisi bank sentral untuk menjaga nilai tukar rupiah menjadi semakin terbatas. Rupiah dan perekonomian Indonesia pada umumnya berpotensi rentan terhadap gejolak eksternal jika cadangan devisa terus berkurang hingga ke titik yang tidak mencukupi. 

Investor tentu cemas jika Indonesia semakin rentan. Bukan malah membantu, bisa-bisa pelaku pasar membuat situasi lebih buruk dengan meninggalkan Indonesia untuk mencari selamat masing-masing. Jika ini yang terjadi, maka tekanan yang dialami Indonesia akan semakin berat. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular