Newsletter

Dapat Tambahan Gula, Dolar AS Siap Menggila

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 September 2018 06:01
Isu Perdagangan Jadi Beban Wall Street
Ilustrasi Perdagangan di Wall Street (REUTERS/Lucas Jackson
Dari Wall Street, tiga indeks utama terkoreksi sepanjang  pekan lalu. Selama seminggu kemarin, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,19%, S&P 500 melemah 1,03%, dan Nasdaq Composite berkurang 2,55%. Sedangkan pada perdagangan akhir pekan lalu, DJIA ditutup melemah 0,31%, S&P 500 turun 0,22%, dan Nasdaq berkurang 0,31%. 

Pemberat Wall Street datang dari perundingan dagang AS-Kanada yang belum menemui titik temu. Sebelumnya, sempat muncul aura positif dari perundingan yang dimulai pada 5 September waktu AS. 

"Pembicaraan AS-Kanada berlangsung positif dan konstruktif. Kami memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, dan siap bernegosiasi," ujar Chrystia Freeland, Menteri Luar Negeri Kanada, dikutip dari Reuters. 

Namun, seiring berakhirnya pekan lalu, tidak ada kabar baik yang muncul. Beberapa masalah tampaknya masih menghambat jalannya pencapaian kesepakatan. 

Kevin Brady, Direktur Komite Sarana dan Prasarana Kongres AS dari Partai Republik, mengatakan bahwa masih ada perbedaan di antara kedua belah pihak tentang kuota produk susu (dairy) Kanada, prosedur penyelesaian perselisihan dagang, dan isu-isu lama lainnya. Seperti diketahui, pemerintahan Trump menuduh Kanada mendiskriminasi ekspor dairy asal AS.

Pihak Negeri Adidaya juga ingin mengakhiri panel arbitrase Bab 19 terkait penyelesaian perselisihan terkait tarif anti-dumping. Hal itu biasa digunakan Kanada untuk mempertahankan ekspor kayunya ke AS, meski AS menuduh kayu Kanada disubsidi secara tidak adil. 

"Banyak yang bergantung pada keseriusan Kanada dalam menyelesaikan perselisihan-perselisihan final ini. Semua orang berada di meja dengan niatan menyelesaikan isu terakhir, dan kesulitan selalu saja muncul," kata Brady, mengutip Reuters. 

Isu lainnya yang masih menjadi ganjalan adalah Kanada berkeras untuk mempertahankan pengecualian kultural yang melindungi perusahaan penerbitan dan medianya supaya tidak diakuisisi oleh perusahaan AS. Perdana Menteri Justin Trudeau pekan lalu mengatakan hal itu penting untuk kedaulatan nasional dan identitas Kanada. Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menyebut pengecualian itu sebagai proteksionisme kultural, karena perusahaan-perusahaan Kanada bebas membeli media AS. 

Kemudian, sama seperti bursa Asia, bursa saham AS juga dihantui oleh isu perang dagang AS-China. Akhir pekan lalu, muncul kabar yang memperparah polemik perdagangan di antara dua raksasa ekonomi dunia ini. 

Presiden Trump memperingatkan siap menerapkan bea masuk atas barang impor dari China ke AS senilai US$ 267 miliar, lebih besar dari yang dikabarkan selama ini yaitu US$ 200 miliar. Bahkan ke depan, bukan tidak mungkin jumlah itu bisa bertambah. 

"Saya benci untuk mengatakan ini, tetapi di belakang itu, US$ 267 miliar lainnya siap untuk diterapkan dalam waktu singkat jika saya mau. Itu benar-benar mengubah permainan," tegas Trump, dikutip dari Reuters. 

Sebagai tambahan, penurunan indeks Nasdaq yang cukup dalam pada pekan lalu juga disebabkan oleh Kementerian Kehakiman AS dan para jaksa wilayah yang dikabarkan bakal membahas bagaimana media sosial digunakan sebagai alat untuk mengekang kebebasan berpendapat bagi kaum konservatif. Memang tidak menyebut media sosial mana pun, tetapi cukup untuk membuat saham Facebook dan Twitter berguguran.  

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular