
Newsletter
Saat Turki dan Argentina Disorot, Indonesia Pun Demikian
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 September 2018 06:30

Untuk perdagangan hari ini, investor patut menyimak sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street yang mixed cenderung melemah. Dikhawatirkan ini bisa menular ke bursa saham Asia, termasuk Indonesia.
Kedua, pelaku pasar perlu memonitor dengan seksama perkembangan friksi dagang AS-China. Sejauh ini belum ada kabar terbaru mengenai rencana AS yang akan mengenakan bea masuk baru terhadap poduk-produk made in China senilai US$ 200 miliar. Produk-produk tersebut antara lain furnitur, lampu, ban mobil, sepeda, sampai kursi bayi.
Namun sepertinya Trump masih galak terhadap China. Jika sikap galak ini bertahan, maka bukan tidak mungkin dia akan segera mengeksekusi bea masuk tersebut.
"Kami akan melanjutkan pembicaraan dengan China. Namun untuk saat ini sepertinya belum ada kesepakatan. Oleh karena itu, kami akan memungut bea masuk dari China dengan potensi miliaran dolar," tegas Trump beberapa hari yang lalu, dikutip dari Reuters.
Situasi yang masih bak perang dingin ini perlu terus dicermati. Ketika Washington atau Beijing mulai menggerakkan bidak, maka setiap langkahnya akan menjadi sentimen penggerak pasar (market mover).
Saat dalam masa penantian seperti sekarang, investor akan memilih bermain aman dan ogak mengambil risiko. Aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang, bukan sebuah pilihan. Bila ini terjadi, maka IHSG dan rupiah akan terancam.
Ketiga, pelaku pasar perlu memonitor rilis data di AS. ADP dan Moody's Analytics melaporkan bahwa lapangan kerja di AS bertambah sebesar 163.000 di Agustus 2018, masih di bawah konsensus Reuters yang mengestimasikan penambahan sebesar 190.000.
Capaian itu juga melambat dari penambahan bulan Juli sebesar 217.000. Apabila ditarik secara historis, pertumbuhan lapangan kerja AS bulan lalu bahkan merupakan yang terendah sejak Oktober 2017.
Meski rilis data itu terlihat kurang memuaskan, ADP menyatakan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap dalam kondisi yang solid. "Kita melihat sedikit perlambatan pada pertumbuhan lapangan kerja. Namun pasar (tenaga kerja) tetap luar biasa dinamis," jelas Ahu Yildirmaz, wakil presiden dari ADP, dalam pernyataan yang dikutip oleh CNBC International.
Pasar tenaga kerja Negeri Adidaya memang terus bergerak menuju kondisi kesempatan kerja penuh (full employment) dalam beberapa bulan terakhir, di mana jumlah pembukaan lapangan kerja mampu melampaui jumlah pengangguran untuk kali pertama. Masih kuatnya pasar tenaga kerja AS juga ditunjukkan oleh rilis data klaim pengangguran yang turun 10.000 ke 203.000 orang pada pekan lalu. Jumlah itu menjadi yang terendah sejak Desember 1969.
Sebagai informasi, kondisi pasar tenaga kerja AS merupakan salah satu pertimbangan bagi The Federal Reserve/The Fed untuk menetapkan suku bunga acuan. Dengan kondisi pasar tenaga kerja yang solid, kemungkinan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih agresif semakin terbuka lebar.
Dengan kenaikan suku bunga, dolar AS tentunya akan mendapat suntikan energi. Oleh karena itu, rupiah wajib ekstra waspada.
Apalagi malam ini akan ada rilis data penting yaitu angka pengangguran AS. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.
Jika angka pengangguran benar-benar turun, maka peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agreaif kian terbuka. Dolar AS pun semakin punya alasan untuk menguat. (aji/aji)
Kedua, pelaku pasar perlu memonitor dengan seksama perkembangan friksi dagang AS-China. Sejauh ini belum ada kabar terbaru mengenai rencana AS yang akan mengenakan bea masuk baru terhadap poduk-produk made in China senilai US$ 200 miliar. Produk-produk tersebut antara lain furnitur, lampu, ban mobil, sepeda, sampai kursi bayi.
Namun sepertinya Trump masih galak terhadap China. Jika sikap galak ini bertahan, maka bukan tidak mungkin dia akan segera mengeksekusi bea masuk tersebut.
"Kami akan melanjutkan pembicaraan dengan China. Namun untuk saat ini sepertinya belum ada kesepakatan. Oleh karena itu, kami akan memungut bea masuk dari China dengan potensi miliaran dolar," tegas Trump beberapa hari yang lalu, dikutip dari Reuters.
Situasi yang masih bak perang dingin ini perlu terus dicermati. Ketika Washington atau Beijing mulai menggerakkan bidak, maka setiap langkahnya akan menjadi sentimen penggerak pasar (market mover).
Saat dalam masa penantian seperti sekarang, investor akan memilih bermain aman dan ogak mengambil risiko. Aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang, bukan sebuah pilihan. Bila ini terjadi, maka IHSG dan rupiah akan terancam.
Ketiga, pelaku pasar perlu memonitor rilis data di AS. ADP dan Moody's Analytics melaporkan bahwa lapangan kerja di AS bertambah sebesar 163.000 di Agustus 2018, masih di bawah konsensus Reuters yang mengestimasikan penambahan sebesar 190.000.
Capaian itu juga melambat dari penambahan bulan Juli sebesar 217.000. Apabila ditarik secara historis, pertumbuhan lapangan kerja AS bulan lalu bahkan merupakan yang terendah sejak Oktober 2017.
Meski rilis data itu terlihat kurang memuaskan, ADP menyatakan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap dalam kondisi yang solid. "Kita melihat sedikit perlambatan pada pertumbuhan lapangan kerja. Namun pasar (tenaga kerja) tetap luar biasa dinamis," jelas Ahu Yildirmaz, wakil presiden dari ADP, dalam pernyataan yang dikutip oleh CNBC International.
Pasar tenaga kerja Negeri Adidaya memang terus bergerak menuju kondisi kesempatan kerja penuh (full employment) dalam beberapa bulan terakhir, di mana jumlah pembukaan lapangan kerja mampu melampaui jumlah pengangguran untuk kali pertama. Masih kuatnya pasar tenaga kerja AS juga ditunjukkan oleh rilis data klaim pengangguran yang turun 10.000 ke 203.000 orang pada pekan lalu. Jumlah itu menjadi yang terendah sejak Desember 1969.
Sebagai informasi, kondisi pasar tenaga kerja AS merupakan salah satu pertimbangan bagi The Federal Reserve/The Fed untuk menetapkan suku bunga acuan. Dengan kondisi pasar tenaga kerja yang solid, kemungkinan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih agresif semakin terbuka lebar.
Dengan kenaikan suku bunga, dolar AS tentunya akan mendapat suntikan energi. Oleh karena itu, rupiah wajib ekstra waspada.
Apalagi malam ini akan ada rilis data penting yaitu angka pengangguran AS. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.
Jika angka pengangguran benar-benar turun, maka peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agreaif kian terbuka. Dolar AS pun semakin punya alasan untuk menguat. (aji/aji)
Pages
Most Popular