
Newsletter
Simak Perang Dagang AS-China Sampai Penyelamatan Rupiah
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 September 2018 06:50

Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup variatif. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,09%, S&P 500 turun 0,28%, dan Nasdaq Composite anjlok 1,3%.
Nasdaq yang melemah dalam memberi petunjuk bahwa saham-saham teknologi tengah tertekan. Itu benar. Saham Facebook amblas 2,32%, Twitter ambrol 6,06%, Amazon jatuh 2,19%, Apple turun 0,65%, Netflix terjerembab 6,17%, dan Alphabet (indeks usaha Google) terkoreksi 1,01%.
Penyebabnya adalah Kementerian Kehakiman AS dan para jaksa wilayah dikabarkan bakal membahas bagaimana media sosial digunakan sebagai alat untuk mengekang kebebasan berpendapat bagi kaum konservatif. Memang tidak menyebut media sosial mana pun, tetapi cukup untuk membuat saham Facebook dan Twitter jatuh.
"Perusahaan-perusahaan ini begitu besar sehingga menarik perhatian regulator dan legislator. Mereka akan tetap jadi pemimpin pasar, tapi ada risiko," kata John Carey, Direktur Pelaksana di Amundi Pioneer Aset Management yang berbasis di Boston, dikutip dari Reuters.
Selain itu, pelaku pasar juga merespons data perdagangan internasional AS. Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS pada Juli 2018 adalah US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.
Hal yang membuat pelaku pasar ketar-ketir adalah defisit perdagangan AS dengan China yang menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar, naik 10% YoY. Investor semakin cemas bahwa Trump akan segera mengenakan bea masuk baru bagi produk-produk China, yang bisa memicu perang dagang lanjutan.
(aji/aji)
Nasdaq yang melemah dalam memberi petunjuk bahwa saham-saham teknologi tengah tertekan. Itu benar. Saham Facebook amblas 2,32%, Twitter ambrol 6,06%, Amazon jatuh 2,19%, Apple turun 0,65%, Netflix terjerembab 6,17%, dan Alphabet (indeks usaha Google) terkoreksi 1,01%.
Penyebabnya adalah Kementerian Kehakiman AS dan para jaksa wilayah dikabarkan bakal membahas bagaimana media sosial digunakan sebagai alat untuk mengekang kebebasan berpendapat bagi kaum konservatif. Memang tidak menyebut media sosial mana pun, tetapi cukup untuk membuat saham Facebook dan Twitter jatuh.
"Perusahaan-perusahaan ini begitu besar sehingga menarik perhatian regulator dan legislator. Mereka akan tetap jadi pemimpin pasar, tapi ada risiko," kata John Carey, Direktur Pelaksana di Amundi Pioneer Aset Management yang berbasis di Boston, dikutip dari Reuters.
Selain itu, pelaku pasar juga merespons data perdagangan internasional AS. Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS pada Juli 2018 adalah US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.
Hal yang membuat pelaku pasar ketar-ketir adalah defisit perdagangan AS dengan China yang menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar, naik 10% YoY. Investor semakin cemas bahwa Trump akan segera mengenakan bea masuk baru bagi produk-produk China, yang bisa memicu perang dagang lanjutan.
(aji/aji)
Pages
Most Popular