
Newsletter
Turki Sudah, Argentina Sudah, Sekarang Afrika Selatan
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 September 2018 06:03

Sentimen ketiga datang dari Afrika Selatan (Afsel). Perekonomian terbesar di Benua Afrika ini resmi jatuh ke jurang resesi setelah mengalami kontraksi ekonomi 0,7% pada kuartal II-2018. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Afsel juga terkontraksi 2,6%. Resesi adalah kondisi di mana suatu negara mengalami kontraksi ekonomi dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.
Merespons data tersebut, mata uang rand amblas 3,3% pada perdagangan kemarin. Sejak awal tahun, mata uang Negeri Nelson Mandela sudah anjlok 16,7%.
Perkembangan di Afsel semakin membebani negara-negara berkembang. Setelah Turki dan Argentina, kini Afsel yang membuat pelaku pasar ketar-ketir terhadap performa negara berkembang.
Hal ini bisa berujung pada sikap investor (terutama asing) yang masih akan cenderung menghindari Indonesia. Ketika aliran dana seret, maka IHSG maupun rupiah tidak punya modal untuk menguat. Pelemahan lebih lanjut menjadi sangat mungkin terjadi.
Sentimen keempat adalah penantian investor terhadap perkembangan isu perdagangan, baik risiko berlanjutnya perang dagang AS vs China maupun perundingan AS-Kanada. Sentimen ini sudah sukses membuat investor di bursa saham New York bergerak hati-hati dan wait and see.
Apabila investor global masih bersikap wait and see, maka arus modal yang masuk ke Asia (termasuk Indonesia) akan terbatas. Investor pun akan lebih memilih masuk ke dolar AS karena menjanjikan keamanan. Kalau ini terjadi, IHSG dan rupiah akan kembali tertekan sementara greenback terus menguat.
(aji/aji)
Merespons data tersebut, mata uang rand amblas 3,3% pada perdagangan kemarin. Sejak awal tahun, mata uang Negeri Nelson Mandela sudah anjlok 16,7%.
Perkembangan di Afsel semakin membebani negara-negara berkembang. Setelah Turki dan Argentina, kini Afsel yang membuat pelaku pasar ketar-ketir terhadap performa negara berkembang.
Hal ini bisa berujung pada sikap investor (terutama asing) yang masih akan cenderung menghindari Indonesia. Ketika aliran dana seret, maka IHSG maupun rupiah tidak punya modal untuk menguat. Pelemahan lebih lanjut menjadi sangat mungkin terjadi.
Sentimen keempat adalah penantian investor terhadap perkembangan isu perdagangan, baik risiko berlanjutnya perang dagang AS vs China maupun perundingan AS-Kanada. Sentimen ini sudah sukses membuat investor di bursa saham New York bergerak hati-hati dan wait and see.
Apabila investor global masih bersikap wait and see, maka arus modal yang masuk ke Asia (termasuk Indonesia) akan terbatas. Investor pun akan lebih memilih masuk ke dolar AS karena menjanjikan keamanan. Kalau ini terjadi, IHSG dan rupiah akan kembali tertekan sementara greenback terus menguat.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Most Popular