Newsletter

Turki Sudah, Argentina Sudah, Sekarang Afrika Selatan

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 September 2018 06:03
Drama Perdagangan dan Colin Kaepernick Hambat Laju Wall Street
Ilustrasi Wall Street (REUTERS/Andrew Kelly)
Wall Street hari ini mulai dibuka kembali setelah kemarin tutup memperingati Hari Buruh. Namun hari pertama Wall Street pada pekan ini langsung berakhir di zona merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0.05%, S&P 500 turun 0,16%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,42%. 

Tema Wall Street hari ini adalah menunggu. Sikap investor yang cenderung bermain aman ini disebabkan oleh penantian soal isu perdagangan. 

Pertama adalah investor menantikan apakah Trump akan benar-benar menerapkan bea masuk baru kepada China. Namun baru rencana saja sudah membuat Beijing geram bukan kepalang. 

"Metode keras dan menekan a la AS tidak akan berhasil kepada China. Itu juga tidak akan menyelesaikan masalah," tegas Hua Chunying, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters. 

Jika Trump nekat menerapkan bea masuk bagi impor senilai US$ 200 miliar itu, maka akan sangat mungkin China bakal membalas. Saling 'balas pantun' ini berbahaya, karena bisa mempengaruhi arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Investor pun dibuat khawatir dan hanya bisa menunggu kabar terbaru dari Washington. 

Penantian kedua adalah perundingan dagang AS-Kanada yang rencananya dilanjutkan pada Rabu waktu setempat. Akhir pekan lalu, perundingan dalam rangka pembaruan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) ini buntu. 

Oleh karena itu, investor menaruh harapan besar kepada pertemuan kali ini. Apabila AS-Kanada bisa mencapai kesepakatan, maka puzzle NAFTA akan lengkap. Sebelumnya, AS-Meksiko sudah mencapai kesepakatan untuk pembaruan kerangka NAFTA. 

Namun dengan jejak rekam perundingan yang gagal pada akhir pekan lalu, harapan investor tersebut tidak sampai menciptakan euforia. Justru yang ada adalah pelaku pasar menjadi hati-hati, wait and see, bergerak penuh kecurigaan. Hasilnya adalah Wall Street tertekan, tetapi hanya dalam rentang terbatas. 

Selain isu perdagangan, ada pula dua emiten yang menjadi pemberat bagi Wall Street yaitu Nike dan Facebook. Saham Nike ditutup anjlok 3,16% sementara Facebook terpangkas 2,6%. 

Nike mengalami tekanan jual setelah menunjuk Colin Kaepernick sebagai duta peringatan 30 tahun slogan Just Do It. Kaepernick adalah pemain sepakbola a la Amerika yang kondang karena tidak mau berdiri saat pemutaran lagu kebangsaan AS. Dia justru berlutut tanda perlawanan, bentuk protes atas diskriminasi rasial yang masih terjadi di Negeri Paman Sam. 

Perbuatan itu memancing pro dan kontra. Mereka yang kontra menilai Kaepernick tidak nasionalis, tidak menghormati para pejuang dan tentara AS yang gugur demi tegaknya demokrasi. Sementara yang mendukung berpendapat diskriminasi rasial adalah masalah yang akut dan harus diselesaikan. Selain itu, aksi Kaepernick juga merupakan bentuk kebebasan berpendapat yang dilindungi oleh konstitusi AS. 

Namun yang jelas, penunjukan Kaepernick kemudian memicu kontroversi. Aksi boikot terhadap produk Nike merebak dan menjadi viral di media sosial dengan tagar #NikeBoycott.

Foto atau video orang-orang membakar sepatu Nike berseliweran di dunia maya. Ini menjadi sentimen negatif bagi Nike, sehingga sahamnya jatuh. 

Sedangkan saham Facebook terbeban oleh rekomendasi MoffetNathanson yang menurunkan status perusahaan besutan Mark Zuckerberg tersebut dari 'beli' menjadi 'netral'. Ini dilakukan karena margin Facebook sebenarnya sedang dalam tren turun. 

"Dalam jangka pendek, kami memperkirakan penurunan margin ini akan memperlambat laju pendapatan pada 2019. Artinya, ekspansi akan sangat terbatas," tulis catatan MoffetNathanson. Laporan MoffetNathanson sudah cukup membuat saham Facebook dihantui tekanan jual dan akhirnya ditutup melemah lumayan dalam. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular