
Newsletter
Perang Dagang, Argentina, Penguatan Dolar AS, Aduh...
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Alfado Agustio, CNBC Indonesia
31 August 2018 06:38

Sentimen keempat adalah perang dagang AS vs China. Investor perlu memperhatikan reaksi Beijing setelah Trump dikabarkan akan mengeksekusi bea masuk baru senilai US$ 200 miliar.
Bila situasi memanas, maka lagi-lagi investor akan terpaksa bermain aman. Sebab perang dagang adalah isu besar yang dampaknya tidak main-main, pertumbuhan ekonomi global menjadi taruhannya.
Saat dua kekuatan ekonomi terbesar di bumi 'bertarung', maka dampaknya adalah arus perdagangan dunia akan seret. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi pun tertahan. Oleh karena itu, wajar bila investor memilih enggan mengambil risiko ketika isu perang dagang mengemuka.
Sentimen kelima, kali ini dari dari dalam negeri, adalah reaksi pasar merespons keputusan AS yang tidak mengenakan bea masuk 25% kepada impor baja asal Indonesia. AS juga membebaskan impor aluminium dari bea masuk 10%.
Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Pradnyawati, mengatakan kebijakan itu berdasarkan evaluasi AS terhadap setiap produsen baja dan aluminium asal Indonesia. "Eksklusi yang diberikan oleh AS itu on company basis. Saat ini yang dikasih baru 1 company Indonesia dan mendapatkan eksklusi untuk 2 specific products (HS). Dibatasi dengan kuota yaitu 235 ton, dan akan dievaluasi setiap tahun. Untuk produk-produk tersebut, tahun 2017 ekspor kita hanya mencapai 82 ton," ungkapnya.
"Saat ini kita masih menunggu 4-5 usulan eksklusi untuk produk steel (baja) dan aluminium yang lain dengan volume lebih dari 300.000 ton," tambah Pradnyawati.
Perkembangan ini bisa menjadi sentimen positif bagi emiten produsen baja dan logam industrial. Tidak hanya itu, 'hadiah' dari AS ini bisa menggairahkan IHSG secara keseluruhan.
(aji/aji)
Bila situasi memanas, maka lagi-lagi investor akan terpaksa bermain aman. Sebab perang dagang adalah isu besar yang dampaknya tidak main-main, pertumbuhan ekonomi global menjadi taruhannya.
Saat dua kekuatan ekonomi terbesar di bumi 'bertarung', maka dampaknya adalah arus perdagangan dunia akan seret. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi pun tertahan. Oleh karena itu, wajar bila investor memilih enggan mengambil risiko ketika isu perang dagang mengemuka.
Sentimen kelima, kali ini dari dari dalam negeri, adalah reaksi pasar merespons keputusan AS yang tidak mengenakan bea masuk 25% kepada impor baja asal Indonesia. AS juga membebaskan impor aluminium dari bea masuk 10%.
Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Pradnyawati, mengatakan kebijakan itu berdasarkan evaluasi AS terhadap setiap produsen baja dan aluminium asal Indonesia. "Eksklusi yang diberikan oleh AS itu on company basis. Saat ini yang dikasih baru 1 company Indonesia dan mendapatkan eksklusi untuk 2 specific products (HS). Dibatasi dengan kuota yaitu 235 ton, dan akan dievaluasi setiap tahun. Untuk produk-produk tersebut, tahun 2017 ekspor kita hanya mencapai 82 ton," ungkapnya.
"Saat ini kita masih menunggu 4-5 usulan eksklusi untuk produk steel (baja) dan aluminium yang lain dengan volume lebih dari 300.000 ton," tambah Pradnyawati.
Perkembangan ini bisa menjadi sentimen positif bagi emiten produsen baja dan logam industrial. Tidak hanya itu, 'hadiah' dari AS ini bisa menggairahkan IHSG secara keseluruhan.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Most Popular