Newsletter

Dolar AS Siap Menerjang, Hati-hati Rupiah!

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 August 2018 07:08
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: CNBC Indonesia
Kemudian sentimen ketiga adalah harga minyak yang cenderung naik. Pada pukul 05:22 WIB, harga minyak jenis brent melesat 1,9% sedangkan light sweet naik 0.2%.

Kenaikan harga si emas hitam dipicu oleh kekhawatiran penurunan pasokan. US Energy Information Administration (EIA) melaporkan, cadangan minyak AS pekan lalu turun 2,6 juta barel. Jauh dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan penurunan 686.000 barel.

Selain AS, investor juga mencemaskan pasokan minyak dari Iran yang terus menurun. Ekspor minyak dan produk minyak dari Negeri Persia pada Agustus diperkirakan sekitar 64 juta barel atau 2,06 juta barel/hari. Ini merupakan catatan terendah sejak April 2017.

Hal ini tidak lepas dari bayang-bayang sanksi AS yang menyebabkan produksi minyak Iran terus merosot. Data Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebutkan, produksi minyak di Iran pada Juni 2018 adalah 3,79 juta barel/hari. Turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya.

Presiden Trump berjanji untuk menghukum siapa saja yang berbisnis dengan Iran, yang dituduhnya masih mengembangkan senjata nuklir serta terlibat dalam konflik di beberapa negara Timur Tengah seperti Suriah dan Yaman. Oleh karena itu, sejumlah perusahaan mundur teratur dari Iran karena takut dengan amukan Trump.

Situasi bisnis yang tidak kondusif ini ujungnya membuat produksi minyak tidak optimal. Hasilnya sudah terlihat, produksi minyak di Iran terus menyusut.

Berkurangnya pasokan dari Iran, ditambah dengan penurunan stok minyak AS, tentu menyebabkan harga bergerak ke atas. Kenaikan harga minyak bisa berdampak positif bagi IHSG, karena emiten migas dan pertambangan akan mendapat lebih banyak apresiasi.

Sentimen keempat, investor mungkin perlu memperhatikan situasi di Argentina. Seperti halnya Turki, Negeri Tango juga mengalami masalah depresiasi nilai tukar yang parah.

Pada perdagangan kemarin, peso Argentina melemah 7,57% terhadap dolar AS dan menjadi pelemahan harian terdalam sejak Desember 2015. Sedangkan sejak awal tahun, peso sudah terdepresiasi 40,9%.

Pelemahan peso memaksa bank sentral Argentina melakukan intervensi besar-besaran, tetapi tetap tidak manjur. Oleh karena itu, Argetina pun berpaling kepada Dana Moneter Internasional (IMF). Argentina memang sudah menyepakati fasilitas pinjaman sebesar US$ 50 miliar dari lembaga multilateral tersebut.

“Kami sudah sepakat dengan IMF untuk menyediakan dana yang dibutuhkan dan memastikan kepatuhan terhadap program pemulihan. Keputusan ini untuk mengurangi ketidakpastian,” kata Mauricio Macri, Presiden Argentina, dikutip dari Reuters.

Kesepakatan utang dengan IMF tentu ada harganya. Argentina harus mengubah rencana ekonomi yang sudah disusun untuk kemudian diganti dengan saran-saran IMF.

Christine Lagarde, Direktur Pelaksana IMF, sudah menugaskan tim untuk memeriksa rencana program ekonomi Argentina. Nantinya, rencana ini akan dirombak sesuai dengan masukan IMF.

“Pihak-pihak terkait akan bekerja untuk merevisi rencana ekonomi pemerintah dengan fokus untuk membuat Argentina lebih baik dalam tren perubahan pasar keuangan dunia. Termasuk kebijakan fiskal dan moneter yang lebih kuat,” tegas Lagarde, dikutip dari Reuters.

Perkembangan di Argentina dikhawatirkan bisa membuat investor memilih bermain aman dan menghindari negara-negara berkembang. Bila ini sampai terjadi, maka bukan berita baik bagi IHSG dan rupiah. (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular