
Newsletter
Ada Angin Surga dari Amerika, Rupiah Bisa Berjaya?
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 August 2018 05:54

Sentimen ketiga adalah dari dalam negeri, yaitu menunggu dampak aturan kewajiban pencampuran bahan bakar nabati sebesar 20% untuk minyak diesel/solar. Aturan yang dikenal dengan istilah B20 ini digadang-gadang mampu menekan impor secara signifikan sehingga mengurangi devisa yang 'terbang' ke luar negeri.
Akhir pekan lalu, sebenarnya B20 mulai mendapat respons positif, setidaknya di pasar saham. Di tengah koreksi IHSG akhir pekan lalu, indeks sektor agrikultur mampu menguat bahkan nyaris 1%. Saham-saham produsen minyak sawit mentah (CPO) seperti SIMP, LSIP, dan AALI mencatatkan penguatan yang cukup meyakinkan.
Pencapaian itu sedikit banyak disebabkan oleh kebijakan B20, yang bisa mendongrak penjualan emiten-emiten produsen CPO. Bila sentimen positif B20 berlanjut, maka bisa kembali menjadi pendorong IHSG hari ini.
Namun, B20 justru belum dirasakan oleh rupiah. Akhir pekan lalu, rupiah ditutup melemah 0,08% di hadapan dolar AS. Tidak hanya di hadapan greenback, rupiah pun melemah terhadap berbagai mata uang di Asia dan Eropa.
Padahal, tujuan utama kebijakan ini adalah untuk menyelamatkan rupiah dari tekanan akibat impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Pemerintah meyakini kebijakan ini mampu mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Hasilnya, rupiah akan lebih memiliki pijakan untuk menguat karena pijakan devisa yang memadai.
Bahkan pemerintah menyiapkan sanksi bagi badan usaha yang tidak mematuhi aturan ini, yaitu denda Rp 6.000/liter, yang akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres). Artinya pemerintah serius dalam upaya menjaga arus devisa agar tidak mudah mengalir ke luar negeri.
Apakah B20 mampu menjadi salah satu kontributor bagi penguatan rupiah hari ini? Hanya waktu yang akan memberi jawabnya.
(aji/aji)
Akhir pekan lalu, sebenarnya B20 mulai mendapat respons positif, setidaknya di pasar saham. Di tengah koreksi IHSG akhir pekan lalu, indeks sektor agrikultur mampu menguat bahkan nyaris 1%. Saham-saham produsen minyak sawit mentah (CPO) seperti SIMP, LSIP, dan AALI mencatatkan penguatan yang cukup meyakinkan.
Pencapaian itu sedikit banyak disebabkan oleh kebijakan B20, yang bisa mendongrak penjualan emiten-emiten produsen CPO. Bila sentimen positif B20 berlanjut, maka bisa kembali menjadi pendorong IHSG hari ini.
Namun, B20 justru belum dirasakan oleh rupiah. Akhir pekan lalu, rupiah ditutup melemah 0,08% di hadapan dolar AS. Tidak hanya di hadapan greenback, rupiah pun melemah terhadap berbagai mata uang di Asia dan Eropa.
Padahal, tujuan utama kebijakan ini adalah untuk menyelamatkan rupiah dari tekanan akibat impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Pemerintah meyakini kebijakan ini mampu mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Hasilnya, rupiah akan lebih memiliki pijakan untuk menguat karena pijakan devisa yang memadai.
Bahkan pemerintah menyiapkan sanksi bagi badan usaha yang tidak mematuhi aturan ini, yaitu denda Rp 6.000/liter, yang akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres). Artinya pemerintah serius dalam upaya menjaga arus devisa agar tidak mudah mengalir ke luar negeri.
Apakah B20 mampu menjadi salah satu kontributor bagi penguatan rupiah hari ini? Hanya waktu yang akan memberi jawabnya.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Most Popular