B20 Belum Mampu Angkat Rupiah yang Melemah di Asia-Eropa
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 August 2018 15:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah terhadap berbagai mata uang dunia. Dari Asia sampai Eropa, rupiah kurang berdaya.
Pada Jumat (24/8/2018) pukul 14:32 WIB, rupiah melemah 0,17% terhadap dolar AS. Namun tidak hanya di hadapan greenback, rupiah pun terdepresiasi terhadap berbagai mata uang utama.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama terhadap rupiah pada pukul 14:33 WIB, mengutip Reuters:
Hari ini, rupiah memang tidak memiliki faktor internal sebagai penopang. Berbagai data sudah dirilis, dan kebanyakan justru kurang menggembirakan seperti neraca perdagangan atau Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Aturan kewajiban pencampuran bahan bakar nabati sebesar 20% untuk minyak diesel/solar juga kurang mampu menjadi sentimen positif bagi rupiah. Padahal, aturan yang dikenal dengan istilah B20 ini digadang-gadang mampu menekan impor secara signifikan sehingga mengurangi devisa yang 'terbang' ke luar negeri.
Pemerintah meyakini kebijakan ini mampu mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Hasilnya, rupiah akan lebih memiliki pijakan untuk menguat karena pijakan devisa yang memadai.
Bahkan pemerintah menyiapkan sanksi bagi badan usaha yang tidak mematuhi aturan ini, yaitu denda Rp 6.000/liter, yang akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres). Artinya pemerintah serius dalam upaya menjaga arus devisa agar tidak mudah mengalir ke luar negeri.
Namun, sejauh ini sentimen B20 belum terlalu berpengaruh di pasar. Rupiah masih tertekan, karena arus modal di pasar keuangan yang mengalir keluar.
Arus modal keluar sepertinya cukup tinggi terjadi di pasar obligasi pemerintah. Ini terlihat dari imbal hasil (yield) yang cenderung naik. Kenaikan yield menandakan harga sedang turun akibat sepinya peminat, atau bahkan terjadi aksi jual. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah Indonesia pada pukul 14:48 WIB:
TIM RISET CBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Jumat (24/8/2018) pukul 14:32 WIB, rupiah melemah 0,17% terhadap dolar AS. Namun tidak hanya di hadapan greenback, rupiah pun terdepresiasi terhadap berbagai mata uang utama.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama terhadap rupiah pada pukul 14:33 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Dolar Singapura | Rp 10.678,62 | +0,35 |
Baht Thailand | Rp 447,05 | +0,57 |
Ringgit Malaysia | Rp 3.562,74 | +0,05 |
Yuan China | Rp 2.128,31 | +0,13 |
Won Korsel | Rp 13,09 | +0,77 |
Yen Jepang | Rp 131,53 | +0,11 |
Dolar Australia | Rp 10.656,41 | +0,53 |
Euro | Rp 16.939,8 | +0,38 |
Poundsterling Inggris | Rp 18.795,95 | +0,29 |
Hari ini, rupiah memang tidak memiliki faktor internal sebagai penopang. Berbagai data sudah dirilis, dan kebanyakan justru kurang menggembirakan seperti neraca perdagangan atau Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Aturan kewajiban pencampuran bahan bakar nabati sebesar 20% untuk minyak diesel/solar juga kurang mampu menjadi sentimen positif bagi rupiah. Padahal, aturan yang dikenal dengan istilah B20 ini digadang-gadang mampu menekan impor secara signifikan sehingga mengurangi devisa yang 'terbang' ke luar negeri.
Pemerintah meyakini kebijakan ini mampu mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Hasilnya, rupiah akan lebih memiliki pijakan untuk menguat karena pijakan devisa yang memadai.
Bahkan pemerintah menyiapkan sanksi bagi badan usaha yang tidak mematuhi aturan ini, yaitu denda Rp 6.000/liter, yang akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres). Artinya pemerintah serius dalam upaya menjaga arus devisa agar tidak mudah mengalir ke luar negeri.
Namun, sejauh ini sentimen B20 belum terlalu berpengaruh di pasar. Rupiah masih tertekan, karena arus modal di pasar keuangan yang mengalir keluar.
Arus modal keluar sepertinya cukup tinggi terjadi di pasar obligasi pemerintah. Ini terlihat dari imbal hasil (yield) yang cenderung naik. Kenaikan yield menandakan harga sedang turun akibat sepinya peminat, atau bahkan terjadi aksi jual. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah Indonesia pada pukul 14:48 WIB:
TIM RISET CBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular