
Newsletter
Ada Angin Surga dari Amerika, Rupiah Bisa Berjaya?
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 August 2018 05:54

Pada perdagangan hari ini, investor patut mencermati beberapa sentimen. Pertama tentu catatan manis Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu. Diharapkan kinerja Wall Street yang positif menjadi penyemangat bursa saham Benua Kuning, termasuk IHSG.
Kedua adalah ada potensi rupiah berbalik menguat, dengan syarat pelemahan dolar AS berlanjut. Jika komentar Powell masih menjadi pemberat bagi greenback, maka rupiah berpeluang untuk kembali ke teritori positif.
Apalagi dolar AS juga mendapat sentimen negatif akibat langkah Bank Sentral China (PBoC) yang akan mengubah metodologi penentuan nilai tengah mata uang yuan. Selama ini, PBoC memang mematok nilai tengah harian yuan terhadap dolar AS, dengan hanya mengizinkan yuan melemah atau menguat maksimal 2% dari nilai tengah tersebut.
"Akibat Dollar Index yang kuat dan friksi dagang, tercipta sebuah aktivitas pro-cyclical di pasar valas. Sentimen pro-cyclical ini membuat PBoC menetapkan pendekatan counter-cyclical untuk penentuan nilai tengah harian yuan," sebut pernyataan PBoC, dikutip dari Reuters.
Dengan faktor ini, ada kemungkinan yuan akan menguat sehingga menekan Dollar Index karena yuan adalah salah satu mata uang utama pembentuk indeks tersebut. Jika Dollar Index semakin lemah, maka peluang penguatan rupiah pun kian terbuka.
Namun, ada juga faktor yang bisa membuat greenback kembali perkasa. Mengutip Reuters, posisi jangka panjang (net long position) investor terhadap dolar AS naik menjadi US$ 23,67 miliar pada pekan yang berakhir 21 Agustus dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar US$ 23,17 miliar.
Artinya, dalam jangka panjang investor masih lebih percaya memegang dolar AS. Pelaku pasar meyakini nilai greenback masih bisa menguat lagi. Ini bisa menjadi angin segar bagi dolar AS, dan mungkin saja mendorong penguatan mata uang Negeri Adidaya.
(aji/aji)
Kedua adalah ada potensi rupiah berbalik menguat, dengan syarat pelemahan dolar AS berlanjut. Jika komentar Powell masih menjadi pemberat bagi greenback, maka rupiah berpeluang untuk kembali ke teritori positif.
Apalagi dolar AS juga mendapat sentimen negatif akibat langkah Bank Sentral China (PBoC) yang akan mengubah metodologi penentuan nilai tengah mata uang yuan. Selama ini, PBoC memang mematok nilai tengah harian yuan terhadap dolar AS, dengan hanya mengizinkan yuan melemah atau menguat maksimal 2% dari nilai tengah tersebut.
"Akibat Dollar Index yang kuat dan friksi dagang, tercipta sebuah aktivitas pro-cyclical di pasar valas. Sentimen pro-cyclical ini membuat PBoC menetapkan pendekatan counter-cyclical untuk penentuan nilai tengah harian yuan," sebut pernyataan PBoC, dikutip dari Reuters.
Dengan faktor ini, ada kemungkinan yuan akan menguat sehingga menekan Dollar Index karena yuan adalah salah satu mata uang utama pembentuk indeks tersebut. Jika Dollar Index semakin lemah, maka peluang penguatan rupiah pun kian terbuka.
Namun, ada juga faktor yang bisa membuat greenback kembali perkasa. Mengutip Reuters, posisi jangka panjang (net long position) investor terhadap dolar AS naik menjadi US$ 23,67 miliar pada pekan yang berakhir 21 Agustus dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar US$ 23,17 miliar.
Artinya, dalam jangka panjang investor masih lebih percaya memegang dolar AS. Pelaku pasar meyakini nilai greenback masih bisa menguat lagi. Ini bisa menjadi angin segar bagi dolar AS, dan mungkin saja mendorong penguatan mata uang Negeri Adidaya.
(aji/aji)
Pages
Most Popular