Newsletter

Lagi, Trump Obok-obok Dolar AS

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 August 2018 05:34
Trump Gerus Penguatan Wall Street
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif cenderung menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,35%, S&P 500 bertambah 0,24%, dan Nasdaq Composite terkoreksi tipis 0,08%. 

Seperti halnya di Asia, investor di bursa saham New York pun menyambut pertemuan Washington-Beijing dengan suka cita. Meski pertemuan ini bisa saja tidak menghasilkan sesuatu yang signifikan, tetapi kedua negara berkenan dialog saja sudah membuat pasar penuh harapan. Semoga nantinya tidak ada harapan palsu. 

Sejak awal tahun, hubungan dagang AS-China memang ngeri-ngeri sedap. Saling hujat dan balas pantun pengenaan bea masuk seolah menjadi hal yang rutin. Meski relasi keduanya sempat mesra seusai pidato Presiden China Xi Jinping di Boao Forum pada April lalu, tetapi sesudahnya kembali memanas. 

Oleh karena itu, pelaku pasar melihat ada secercah harapan kala dua ekonomi terbesar di bumi ini membuka pintu untuk negosiasi. Masih ada peluang perang dagang bisa dihentikan. 

"Banyak yang akan diuntungkan jika tidak ada perang dagang. Sektor industri, material, dan energi akan melesat," kata Keith Lerner, Chief Market Strategist di SunTrust Advisory Services yang berbasis di Atlanta, mengutip Reuters. 

Hari ini, indeks sektor materlal di DJIA menguat 0,99%. Sedangkan indeks sektor industrial naik 0,5% dan energi bertambah 0,4%. 

Namun, optimisme di Wall Street agak terkikis oleh komentar Presiden AS Donald Trump. Dalam wawancara dengan Reuters, Trump seolah kembali bermain api dengan China. 

"Ketika AS menerapkan bea masuk, China menurunkan nilai tukar yuan. China memanipulasi kurs mereka, itu pasti. Uni Eropa juga melakukan hal sama dengan euro," tegasnya. 

Komentar ini membuat pelaku pasar kembali cemas. Jika Trump terus bersikap keras, maka dikhawatirkan perundingan AS-China tidak akan berjalan mulus. Risiko perang dagang lanjutan pun kembali muncul. 

Selain itu, investor juga was-was dengan komentar Trump soal kebijakan The Federal Reserve/The Fed. Trump kembali mengulang pernyataan sebelumnya, di mana dia tidak setuju dengan kebijakan Jerome Powell dan kolega yang terus menaikkan suku bunga acuan. 

Tahun ini, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sampai empat kali. Lebih banyak ketimbang perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. 

"Saya tidak terkejut The Fed menaikkan suku bunga. Namun seharusnya The Fed bekerja untuk kebaikan negara. The Fed seharusnya membantu saya, negara-negara lain masih akomodatif (dalam kebijakan moneter)," tuturnya. 

Komentar ini lagi-lagi memicu kekhawatiran adanya intervensi terhadap independensi bank sentral. Sudah menjadi aturan baku di dunia bahwa bank sentral harus independen, terpisah dari campur tangan pemerintah.  

Namun Trump beberapa kali memberikan kritik dan menentang kebijakan The Fed. Dikhawatirkan kritik ini bisa berubah menjadi aksi nyata, bukan lagi sekedar kata-kata. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular