Newsletter

Cermati Perundingan AS-China dan 'Telenovela' Venezuela

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 August 2018 05:38
Wall Street Variatif Pekan Lalu, Saham Teknologi Jadi Sorotan
Foto: REUTERS/Lucas Jackson
Dari Wall Street, tiga indeks utama bergerak variatif sepanjang pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,41%, S&P 500 menguat 0,59%, tetapi Nasdaq Composite terkoreksi 0,41%. Sedangkan pada perdagangan akhir pekan, DJIA menguat 0,43%, S&P 500 naik 0,33%, dan Nasdaq bertambah 0,04%. 

Panasnya bara Turki-AS sebenarnya ikut menghantui Wall Street. Menurut catatan Bank for Internasional Settlements (BIS), utang perusahaan Turki di perbankan AS mencapai US$ 18 miliar. Jika sampai terjadi default, maka kerugian yang dialami perbankan bisa sampai sebesar itu. 

Terlebih, ancaman balasan bea masuk dari Turki juga membuat investor ketar-ketir. Produk-produk asal Negeri Paman Sam yang dijadikan sasaran di antaranya adalah mobil penumpang, minuman beralkohol, dan tembakau, seperti dikutip dari Reuters. 

Bahkan, sebelumnya Presiden Erdogan mengatakan negaranya akan memboikot berbagai produk elektronik dari AS sebagai balasan. "Mereka punya iPhone, dan kita punya Vestel," tegas Erdogan, mengacu pada merek ponsel buatan Turki. 

Namun, pada akhir pekan lalu Wall Street juga mendapat suntikan energi positif dari prospek pembicaraan perdagangan AS-China yang dikabarkan berlangsung pada jelang Agustus. Nantinya, delegasi China akan dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen, sementara delegasi AS akan dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan AS untuk Hubungan Internasional David Malpass. 

Tidak hanya dengan China, hubungan Negeri Adidaya dengan para tetangganya pun membaik. Ildefonso Guajardo, Menteri Ekonomi Meksiko, menyebutkan perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) diperkirakan selesai pekan ini. Isu-isu yang menghambat jalannya perjanjian AS-Meksiko-Kanada tersebut sudah hampir selesai diinventarisasi. 

"Ancaman perang dagang mempengaruhi aktivitas ekonomi. Namun fakta bahwa pemerintahan Presiden Trump memilih untuk segera menyelesaikan masalah ini dibaca dengan baik oleh pelaku pasar," kata Stephen Massocca, Senior Vice President di Wedbush Securities yang berbasis di San Francisco, mengutip Reuters. 

Saat DJIA dan S&P 500 berhasil selamat karena meredanya ancaman perang dagang, tidak dengan Nasdaq karena diseret oleh saham-saham teknologi. Sepanjang pekan lalu, harga saham Facebook anjlok 3,58%, Amazon turun 0,22%, Netfix amblas 8,41%, Alphabet (induk usaha Google) terpangkas 2,93%, Intel jatuh 3,58%, dan Microsoft berkurang 1,3%. 

Sebelumnya, saham-saham teknologi sempat naik tajam bahkan menjadi kontributor utama penguatan Wall Street. Namun aksi ambil untung dan sejumlah kabar negatif dari kinerja emiten menjadi penyebab koreksi di sektor ini. 

Netflix, misalnya, yang gagal memenuhi ekspektasi pasar. Sepanjang kuartal II-2018, Netflix mampu menambah jumlah pelanggan domestik di AS sebanyak 674.000. Di bawah estimasi pasar yaitu 1,23 juta. 

Sementara jumlah pelanggan internasional pada periode tersebut adalah 4,47 juta. Juga di bawah harapan yaitu 5,11 juta. Begitu pula dengan pendapatan yang diperkirakan mencapai US$ 3,94 miliar, ternyata 'hanya' 3,91 miliar.  

Kemudian ada kabar dari Hong Kong yang sampai di New York dan mempengaruhi saham-saham teknologi. Pemerintah China menunda pemberian izin lisensi game andalan Tencent yaitu Monster Hunter: World karena adanya perubahan struktur organisasi yang mengawasi bidang pers, penerbitan, radio, film, dan televisi. Game ini dibuat bersama dengan Capcom, game developer ternama asal Jepang.
 
Akibatnya, laba Tencent dari penjualan game turun 2% secara YoY menjadi 17,87 miliar yuan pada kuartal II-2018. Pendapatan masih tumbuh 30% ke 73,68 miliar yuan, tetapi merupakan laju pertumbuhan terlambat dalam 3 tahun terakhir.  

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular