
Newsletter
Turki Terus Dimonitor, Jangan Kasih Kendor
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 August 2018 05:52

Dari Wall Street, koreksi yang terjadi pada akhir pekan lalu masih berlanjut. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,5%, S&P 500 berkurang 0,4%, dan Nasdaq Composite minus 0,1%.
Wall Street terperosok, tetapi tidak sedalam bursa saham Asia. Meski demikian, cerita di balik koreksi di Wall Street sama seperti Asia yaitu karena Turki.
Saham-saham perbankan ramai dilepas, karena khawatir sektor keuangan Negeri Paman Sam terdampak potensi default perusahaan-perusahaan Negeri Kebab. Menurut catatan Bank for Internasional Settlements (BIS), utang perusahaan Turki di perbankan AS mencapai US$ 18 miliar. Jika sampai terjadi default (semoga tidak), maka kerugian yang dialami perbankan bisa sampai sebesar itu.
Harga saham Citigroup amblas 1,56%. Kemudian Bank of America Merril Lynch anjlok 2,28%, Wells Fargo melemah 0,76%, JPMorgan Chase jatuh 1,59%, dan Goldman Sachs ambrol 1,19%. Secara keseluruhan, indeks sektor keuangan di DJIA terkoreksi 1,21%.
Selain itu, aura perang dagang juga masih kental. Kali ini korbannya adalah saham Harley-Davidson yang anjlok 4,32% gara-gara ulah Presiden Trump.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pabrikan motor gede (moge) ini akan memindahkan sebagian fasilitas produksinya ke luar AS. Hal ini dilakukan untuk menghindari label made in USA, yang di beberapa negara terkena bea masuk balas dendam.
Namun Trump tidak merestui langkah tersebut. Menurutnya moge Harley-Davidson harus dibuat di AS. Oleh karena itu, Trump menyerukan boikot terhadap Harley-Davidson jika sampai membangun pabrik di luar negeri.
"Banyak pemilik @harleydavidson berencana untuk melakukan boikot bila perusahaan memindahkan pabrik ke luar negeri. Bagus! Banyak korporasi yang justru datang ke sini, termasuk kompetitor Harley. Langkah yang sangat buruk! AS akan segera menikmati kesetaraan, atau mungkin lebih baik," cuit Trump di Twitter.
Sementara itu, koreksi minim yang dialami Nasdaq disebabkan masih melesatnya saham-saham teknologi. Harga saham Amazon naik 0,52% dan Apple menguat 0,64%. Laporan keuangan kuartal II-2018 yang solid masih berdampak sampai sekarang.
"Sekarang semuanya tentang Turki, kemudian masih ada isu perang dagang. Pasar sebenarnya ingin menguat, tetapi ada saja hal-hal yang membebani," keluh Gary Bradshaw, Portfolio Manager di Hodges Funds yang berbasis di Dallas, seperti dikutip Reuters.
(aji/aji)
Wall Street terperosok, tetapi tidak sedalam bursa saham Asia. Meski demikian, cerita di balik koreksi di Wall Street sama seperti Asia yaitu karena Turki.
Saham-saham perbankan ramai dilepas, karena khawatir sektor keuangan Negeri Paman Sam terdampak potensi default perusahaan-perusahaan Negeri Kebab. Menurut catatan Bank for Internasional Settlements (BIS), utang perusahaan Turki di perbankan AS mencapai US$ 18 miliar. Jika sampai terjadi default (semoga tidak), maka kerugian yang dialami perbankan bisa sampai sebesar itu.
Harga saham Citigroup amblas 1,56%. Kemudian Bank of America Merril Lynch anjlok 2,28%, Wells Fargo melemah 0,76%, JPMorgan Chase jatuh 1,59%, dan Goldman Sachs ambrol 1,19%. Secara keseluruhan, indeks sektor keuangan di DJIA terkoreksi 1,21%.
Selain itu, aura perang dagang juga masih kental. Kali ini korbannya adalah saham Harley-Davidson yang anjlok 4,32% gara-gara ulah Presiden Trump.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pabrikan motor gede (moge) ini akan memindahkan sebagian fasilitas produksinya ke luar AS. Hal ini dilakukan untuk menghindari label made in USA, yang di beberapa negara terkena bea masuk balas dendam.
Namun Trump tidak merestui langkah tersebut. Menurutnya moge Harley-Davidson harus dibuat di AS. Oleh karena itu, Trump menyerukan boikot terhadap Harley-Davidson jika sampai membangun pabrik di luar negeri.
"Banyak pemilik @harleydavidson berencana untuk melakukan boikot bila perusahaan memindahkan pabrik ke luar negeri. Bagus! Banyak korporasi yang justru datang ke sini, termasuk kompetitor Harley. Langkah yang sangat buruk! AS akan segera menikmati kesetaraan, atau mungkin lebih baik," cuit Trump di Twitter.
Sementara itu, koreksi minim yang dialami Nasdaq disebabkan masih melesatnya saham-saham teknologi. Harga saham Amazon naik 0,52% dan Apple menguat 0,64%. Laporan keuangan kuartal II-2018 yang solid masih berdampak sampai sekarang.
"Sekarang semuanya tentang Turki, kemudian masih ada isu perang dagang. Pasar sebenarnya ingin menguat, tetapi ada saja hal-hal yang membebani," keluh Gary Bradshaw, Portfolio Manager di Hodges Funds yang berbasis di Dallas, seperti dikutip Reuters.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular