
Newsletter
Hati-hati, Dolar AS Bisa Balas Dendam
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 August 2018 05:49

Sentimen ketiga tentu perkembangan nilai tukar dolar AS. Pada pukul 04:40 WIB, Dollar Index masih melemah 0,17%.
Bisa jadi investor masih merealisasikan keuntungan mereka, karena Dollar Index sudah menguat 0,74% dalam sepekan terakhir. Sementara dalam sebulan, penguatannya adalah 1,23% dan sejak awal tahun naik 3,33%.
Meski demikian, investor tetap perlu waspada karena ada rilis data yang bisa memihak greenback. Pembukaan lapangan kerja di AS periode Juni 2018 mencapai 6,66 juta, naik 0,15% dibandingkan bulan sebelumnya. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, juga terjadi kenaikan 11%.
Artinya, pasar tenaga kerja AS semakin membaik dan ke depan bukan tidak mungkin angka pengangguran turun lagi. Angka pengangguran Negeri Paman Sam adalah 3,9% pada Juli 2018.
Situasi ini akan semakin meyakinkan The Federal Reserve/The Fed bahwa mengetatkan kebijakan moneter dengan lebih agresif adalah langkah yang tepat. Sebab bila tidak, bisa-bisa perekonomian AS terkena overheating.
Oleh karena itu, probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS dua kali lagi sampai akhir tahun pun semakin besar. Dengan begitu, total kenaikan suku bunga selama 2018 menjadi empat kali. Lebih banyak ketimbang proyeksi awal yaitu tiga kali.
Ditopang potensi kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif, dolar AS bisa kembali punya pijakan untuk menguat. Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di AS meningkat sehingga arus modal kembali tersedot ke Negeri Adidaya. Banjir arus modal ini berpotensi membuat dolar AS 'balas dendam' setelah kemarin tertekan.
Jika dolar AS kembali menguat, maka rupiah kemungkinan sulit mengulang penguatan yang terjadi kemarin. Ketika rupiah berpotensi melemah, investor (terutama asing) pun cenderung menghindari aset-aset berbasis mata uang ini karena kekhawatiran nilainya akan turun. Akibatnya adalah IHSG bisa semakin terjebak di zona merah karena maraknya aksi jual.
(aji/aji)
Bisa jadi investor masih merealisasikan keuntungan mereka, karena Dollar Index sudah menguat 0,74% dalam sepekan terakhir. Sementara dalam sebulan, penguatannya adalah 1,23% dan sejak awal tahun naik 3,33%.
Meski demikian, investor tetap perlu waspada karena ada rilis data yang bisa memihak greenback. Pembukaan lapangan kerja di AS periode Juni 2018 mencapai 6,66 juta, naik 0,15% dibandingkan bulan sebelumnya. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, juga terjadi kenaikan 11%.
Artinya, pasar tenaga kerja AS semakin membaik dan ke depan bukan tidak mungkin angka pengangguran turun lagi. Angka pengangguran Negeri Paman Sam adalah 3,9% pada Juli 2018.
Situasi ini akan semakin meyakinkan The Federal Reserve/The Fed bahwa mengetatkan kebijakan moneter dengan lebih agresif adalah langkah yang tepat. Sebab bila tidak, bisa-bisa perekonomian AS terkena overheating.
Oleh karena itu, probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS dua kali lagi sampai akhir tahun pun semakin besar. Dengan begitu, total kenaikan suku bunga selama 2018 menjadi empat kali. Lebih banyak ketimbang proyeksi awal yaitu tiga kali.
Ditopang potensi kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif, dolar AS bisa kembali punya pijakan untuk menguat. Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di AS meningkat sehingga arus modal kembali tersedot ke Negeri Adidaya. Banjir arus modal ini berpotensi membuat dolar AS 'balas dendam' setelah kemarin tertekan.
Jika dolar AS kembali menguat, maka rupiah kemungkinan sulit mengulang penguatan yang terjadi kemarin. Ketika rupiah berpotensi melemah, investor (terutama asing) pun cenderung menghindari aset-aset berbasis mata uang ini karena kekhawatiran nilainya akan turun. Akibatnya adalah IHSG bisa semakin terjebak di zona merah karena maraknya aksi jual.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular