
Newsletter
Hati-hati, Dolar AS Bisa Balas Dendam
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 August 2018 05:49

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya aura positif dari Wall Street. Diharapkan optimisme Wall Street bisa menular sampai ke Asia, khususnya Indonesia karena IHSG butuh dukungan untuk keluar dari jalur merah.
Kedua adalah memanasnya hubungan AS-Iran. Kemarin, AS resmi kembali menjatuhkan sanksi kepada Negeri Persia berupa:
Apabila Iran tidak mau bernegosiasi, maka 4 November akan menjadi tenggat waktu untuk jatuhnya sanksi yang lebih berat. Setelah 4 November, bisa-bisa Iran tidak bisa melakukan ekspor minyak.
Namun sejauh ini Teheran masih tenang menghadapi sanksi AS. Hassan Rouhani, Presiden Iran, justru menyebut sanksi AS menjadi alat pemersatu bangsa.
"Memang akan ada tekanan karena sanksi ini. Namun kami akan melaluinya dengan persatuan," katanya, dikutip Reuters.
Iran pantas percaya diri karena kemungkinan hanya AS yang menerapkan sanksi. Negara-negara barat lainnya masih mau berbisnis dengan Iran, sehingga kemungkinan dampak dari sanksi AS tidak terlalu besar.
"Banyak negara, termasuk dari Eropa, tidak sepakat dengan sanksi AS. Mereka tetap bersedia bekerja sama dengan Iran," ungkap seorang pejabat teras Iran, mengutip Reuters.
Bagaimanapun, ketegangan Washington-Teheran sudah berhasil membuat investor cemas. Hal yang dicemaskan investor adalah penurunan pasokan minyak dunia, karena si emas hitam asal Iran bisa jadi tidak bisa masuk ke pasar. Pada pukul 04:38 WIB, harga minyak jenis light sweet naik 0,1% sementara brent naik 0,49%.
Kenaikan harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Saat harga minyak naik, emiten migas dan pertambangan akan lebih diapresiasi investor karena potensi kenaikan laba.
(aji/aji)
Kedua adalah memanasnya hubungan AS-Iran. Kemarin, AS resmi kembali menjatuhkan sanksi kepada Negeri Persia berupa:
- Larangan pemerintah Iran membeli dolar AS, logam mulia, atau produk pertambangan lainnya.
- Larangan masuk bagi orang-orang tertentu.
- Larangan operasional kapal-kapal Iran di wilayah perairan AS.
- Penjualan produk otomotif dan yang lainnya dari Iran.
Apabila Iran tidak mau bernegosiasi, maka 4 November akan menjadi tenggat waktu untuk jatuhnya sanksi yang lebih berat. Setelah 4 November, bisa-bisa Iran tidak bisa melakukan ekspor minyak.
Namun sejauh ini Teheran masih tenang menghadapi sanksi AS. Hassan Rouhani, Presiden Iran, justru menyebut sanksi AS menjadi alat pemersatu bangsa.
"Memang akan ada tekanan karena sanksi ini. Namun kami akan melaluinya dengan persatuan," katanya, dikutip Reuters.
Iran pantas percaya diri karena kemungkinan hanya AS yang menerapkan sanksi. Negara-negara barat lainnya masih mau berbisnis dengan Iran, sehingga kemungkinan dampak dari sanksi AS tidak terlalu besar.
"Banyak negara, termasuk dari Eropa, tidak sepakat dengan sanksi AS. Mereka tetap bersedia bekerja sama dengan Iran," ungkap seorang pejabat teras Iran, mengutip Reuters.
Bagaimanapun, ketegangan Washington-Teheran sudah berhasil membuat investor cemas. Hal yang dicemaskan investor adalah penurunan pasokan minyak dunia, karena si emas hitam asal Iran bisa jadi tidak bisa masuk ke pasar. Pada pukul 04:38 WIB, harga minyak jenis light sweet naik 0,1% sementara brent naik 0,49%.
Kenaikan harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Saat harga minyak naik, emiten migas dan pertambangan akan lebih diapresiasi investor karena potensi kenaikan laba.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular