Newsletter

Akankah Trump sang Street Fighter Pengaruhi IHSG?

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 August 2018 05:58
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Kemudian sentimen kelima adalah dari dalam negeri yang memberi optimisme. Bank Indonesia (BI) merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Juli 2018 yang sebesar 124,8. IKK memang turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 128,1, tetapi lebih karena faktor musiman yaitu sudah berakhirnya momentum Ramadan-Idul Fitri pada Juli. 

Secara YoY, IKK Juli mampu tumbuh 1,13% YoY. Lebih rendah dari pertumbuhan Juli 2017 sebesar 8,06% YoY, tetapi lagi-lagi ini juga dipengaruhi oleh faktor musiman.  

Tahun lalu, Ramadan-Idul Fitri terjadi hampir selama sebulan penuh pada Juni. Sementara tahun ini, bulan puasa di tahun ini terbagi dua pada Mei dan Juni.  

Alhasil, momentum Ramadan-Idul Fitri pada tahun ini sudah cukup jauh terlewati. Puncak keyakinan konsumen sudah lebih dahulu terekam pada meroketnya IKK Juni yang merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. 

Selain itu, kenaikan IKK Juli 2017 yang lebih tinggi secara YoY disebabkan oleh situasi 2016 yang tidak begitu baik. Saat itu, terjadi kenaikan tarif listrik Rp 8/KwH dan terjadinya tragedi di pintu keluar tol Brebes Timur (Brexit) yang membuat kepercayaan konsumen melorot. Akibatnya, terjadi kenaikan signifikan pada Juli 2017. 

Keyakinan konsumen yang masih tumbuh, ditambah lagi dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2018 yang tertinggi sejak 2014, membuat saham-saham sektor barang konsumsi punya modal kuat untuk menguat. Tidak hanya itu, saham-saham yang terkait dengan keyakinan konsumen seperti sektor keuangan, properti, sampai manufaktur pun bisa terkena dampaknya. Bila terjadi, maka ini bisa mendongrak IHSG secara keseluruhan. 

Sentimen keenam, masih dari dalam negeri, adalah rilis data cadangan devisa pada hari ini. Sebagai informasi, pada Juni 2018 posisi cadangan devisa Indonesia ada di angka US$ 119,8 miliar. Turun US$ 3,1 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dihitung sejak akhir 2017, cadangan devisa RI sudah anjok hingga US$ 10,4 miliar.

Cadangan devisa terus terkuras karena menahan nilai tukar rupiah agar tidak terus terperosok. Sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YTD), nilai tukar rupiah sudah anjlok di kisaran 6,7% terhadap dolar AS. 

Apabila cadangan devisa Indonesia kembali tergerus dalam jumlah yang signifikan, maka hal ini mengindikasikan bahwa rupiah masih berada dalam tekanan besar. Indonesia pun akan dinilai rentan menghadapi gejolak eksternal, dan ini bukan kabar baik. Investor bisa saja meninggalkan pasar keuangan Indonesia, hasilnya adalah pelemahan IHSG dan nilai tukar rupiah. 

Kemarin, obat kuat dari dalam negeri yaitu data pertumbuhan ekonomi berhasil menjadi jangkar bagi pasar keuangan Indonesia. Hari ini, apakah hal serupa bisa terjadi kembali?

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular