
Cermati Dampak 'Operasi' Penyelamatan Rupiah

"Proyek infrastruktur yang besar-besar dan tidak mendesak akan ditunda untuk mengerem impor," ungkap Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi.
Saham-saham infrastruktur dan industri terkaitnya seperti baja dan semen bisa terpengaruh dengan rencana ini. Permintaan akan turun sehingga laba akan tergerus. Bukan berita baik bagi investor.
Selain itu, berkurangnya proyek infrastruktur pemerintah juga bisa menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Hal itu tentu menjadi kabar buruk bagi pelaku pasar, dan bisa memunculkan respons berlebihan.
Namun langkah ini dipandang perlu dilakukan mengingat prioritas pemerintah dan Bank Indonesia (BI) saat ini adalah menjaga stabilitas rupiah. Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 6,2% terhadap dolar AS.
BI sudah menaikkan suku bunga 100 basis poin dalam 3 bulan untuk memancing masuknya arus modal asing sehingga bisa menjadi pijakan penguatan rupiah. Kini mungkin sudah saatnya pemerintah berkontribusi terhadap upaya penyelamatan rupiah, salah satunya dengan mengurangi beban impor akibat proyek-proyek infrastruktur.
Investor perlu mencermati bagaimana dampak 'operasi' penyelamatan rupiah ini terhadap pasar keuangan, khususnya bursa saham. Apakah pasar akan merespons positif karena rupiah memang perlu dijaga? Atau justru respons negatif yang keluar karena potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi?
