
Newsletter
Cermati Dampak 'Operasi' Penyelamatan Rupiah
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 July 2018 06:15

Sentimen ketiga adalah Bank Sentral Uni Eropa (ECB) yang masih menahan suku bunga acuan refinancing rate sebesar 0%. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
ECB juga tidak memberikan kejutan dalam rapat bulan ini. Dalam pernyataannya, ECB juga masih seperti rencana awal yaitu mulai mengurangi stimulus moneter dari 30 miliar euro/bulan menjadi 15 miliar euro/bulan mulai September mendatang. Stimulus ini akan berakhir pada Desember.
"Kami memperkirakan suku bunga acuan tetap pada level yang sekarang setidaknya sampai musim panas (tengah tahun) 2019. Bahkan mungkin terus dipertahankan jika memang dibutuhkan untuk memastikan inflasi yang berkelanjutan di kisaran 2% dalam jangka menengah," sebut pernyataan ECB.
ECB yang tidak memberikan kejutan bisa mengurangi risiko di pasar. Kemarin, mata uang euro sempat menguat karena investor menantikan petunjuk-petunjuk baru dari ECB. Penguatan euro membuat mata uang Asia (termasuk rupiah) tertekan, padahal dolar AS sedang melemah.
Sentimen keempat adalah harga minyak yang sedang naik. Pada pukul 05:34 WIB, harga minyak jenis light sweet naik 0,33% dan brent naik 0,53%. Kenaikan harga minyak terbukti mampu menahan laju koreksi DJIA dan S&P 500 sehingga diharapkan juga dapat menyokong IHSG.
Setidaknya ada dua penyebab kenaikan harga si emas hitam. Pertama adalah penurunan tensi perang dagang AS-Eropa yang dapat meningkatkan arus perdagangan dan tentunya pertumbuhan ekonomi.
Percepatan laju pertumbuhan ekonomi pasti membutuhkan lebih banyak energi. Semakin banyak permintaan akan mengerek harga ke atas.
Faktor kedua adalah gangguan pengiriman minyak dari Arab Saudi. Telah terjadi penyerangan terhadap dua kapal Arab Saudi yang melalui Selat Bab al-Mandeb. Pelakunya disinyalir adalah kelompok Houthi yang dekat dengan Iran.
Perkembangan ini membuat Arab Saudi menghentikan sementara pengiriman minyak yang melalui rute tersebut. Akibatnya, terjadi gangguan pasokan karena sebagian minyak yang akan dikirim ke Eropa, AS, dan Asia melewati Selat Bab al-Mandeb.
Kenaikan harga minyak (jika bertahan) bisa menjadi katalis bagi penguatan IHSG. Emiten migas dan pertambangan akan lebih diapresiasi kala harga minyak sedang di atas.
(aji/aji)
ECB juga tidak memberikan kejutan dalam rapat bulan ini. Dalam pernyataannya, ECB juga masih seperti rencana awal yaitu mulai mengurangi stimulus moneter dari 30 miliar euro/bulan menjadi 15 miliar euro/bulan mulai September mendatang. Stimulus ini akan berakhir pada Desember.
"Kami memperkirakan suku bunga acuan tetap pada level yang sekarang setidaknya sampai musim panas (tengah tahun) 2019. Bahkan mungkin terus dipertahankan jika memang dibutuhkan untuk memastikan inflasi yang berkelanjutan di kisaran 2% dalam jangka menengah," sebut pernyataan ECB.
ECB yang tidak memberikan kejutan bisa mengurangi risiko di pasar. Kemarin, mata uang euro sempat menguat karena investor menantikan petunjuk-petunjuk baru dari ECB. Penguatan euro membuat mata uang Asia (termasuk rupiah) tertekan, padahal dolar AS sedang melemah.
Sentimen keempat adalah harga minyak yang sedang naik. Pada pukul 05:34 WIB, harga minyak jenis light sweet naik 0,33% dan brent naik 0,53%. Kenaikan harga minyak terbukti mampu menahan laju koreksi DJIA dan S&P 500 sehingga diharapkan juga dapat menyokong IHSG.
Setidaknya ada dua penyebab kenaikan harga si emas hitam. Pertama adalah penurunan tensi perang dagang AS-Eropa yang dapat meningkatkan arus perdagangan dan tentunya pertumbuhan ekonomi.
Percepatan laju pertumbuhan ekonomi pasti membutuhkan lebih banyak energi. Semakin banyak permintaan akan mengerek harga ke atas.
Faktor kedua adalah gangguan pengiriman minyak dari Arab Saudi. Telah terjadi penyerangan terhadap dua kapal Arab Saudi yang melalui Selat Bab al-Mandeb. Pelakunya disinyalir adalah kelompok Houthi yang dekat dengan Iran.
Perkembangan ini membuat Arab Saudi menghentikan sementara pengiriman minyak yang melalui rute tersebut. Akibatnya, terjadi gangguan pasokan karena sebagian minyak yang akan dikirim ke Eropa, AS, dan Asia melewati Selat Bab al-Mandeb.
Kenaikan harga minyak (jika bertahan) bisa menjadi katalis bagi penguatan IHSG. Emiten migas dan pertambangan akan lebih diapresiasi kala harga minyak sedang di atas.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular