Newsletter

BI dan Pemerintah Beri Jalan, Mampukah IHSG Kembali Hijau?

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 July 2018 06:04
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Kemudian kelima adalah dari dalam negeri yaitu rilis penjualan ritel nasional atau Indeks Penjualan Riil (IPR) periode Mei 2018. Sebagai informasi, IPR bulan sebelumnya mencapai 215,0, atau naik 4,1% YoY.  

Penjualan ritel terus membaik seiring berjalannya 2018. Pada Januari, penjualan ritel sempat anjlok dengan mencatatkan kontraksi atau minus 1,8% YoY. Kemudian pada Februari mulai pulih dengan pertumbuhan 1,5% YoY, dan Maret semakin mantap dengan pertumbuhan 2,5% YoY. 

Pada Mei 2018, BI memperkirakan penjualan eceran terus meningkat. IPR Mei diperkirakan sebesar 213,6 atau naik 4,4% YoY. Pertumbuhan yang bahkan lebih baik ketimbang April.  

Jika prediksi tersebut menjadi kenyataan, maka sentimen membaiknya konsumsi masyarakat akan kembali terkonfirmasi. Hal ini dapat menjadi energi tambahan bagi pergerakan saham sektor konsumsi di bursa saham domestik. 

Sentimen keenam adalah kabar baik dari fiskal. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan penerimaan negara tahun ini akan mencapai target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yaitu Rp 1.894,7 triliun. Bukan hanya mencapai, tetapi juga kelebihan Rp 8 triliun. 


Kabar ini menjadi salah satu penyebab masuknya aliran modal ke pasar obligasi negara. Pada penutupan perdagangan kemarin, imbal hasl (yield) obligasi negara tenor 10 tahun berada di 7,382%. Turun cukup drastis dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 7,499%. Penurunan yield berarti harga obligasi sedang naik akibat tingginya permintaan.

Hasil lelang obligasi syariah (sukuk) pun sukses. Tingginya permintaan membuat pemerintah menyerap Rp 8 triliun, dua kali lipat dari target indikatif.


Investor mungkin menilai pengelolaan fiskal mulai membaik sehingga memberikan apresiasi. Selain itu, dengan penerimaan negara yang sesuai target maka tidak akan ada kebutuhan pemerintah untuk mencari dana lebih di pasar. Pemerintah tidak akan perlu berebut dana dengan swasta di pasar keuangan, sehingga tidak ada crowding out

Tanpa harus berebut dengan pemerintah, maka investor swasta bisa bernafas lega. Akan ada cukup banyak potensi dana yang bisa digali baik itu melalui penerbitan saham maupun obligasi. 

Faktor ini juga bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Perusahaan swasta kini tidak perlu ragu melakukan pengumpulan dana di pasar modal, karena tidak ada persaingan dengan pemerintah. Pasar modal yang semakin semarak akan membuat sistem keuangan Indonesia lebih dalam dan kuat dalam menghadapi gejolak eksternal. 

Sentimen domestik sepertinya akan memberi dorongan positif. BI maupun pemerintah sudah memberi jalan bagi penguatan IHSG.

Apakah ini cukup kuat menahan sentimen negatif eksternal seperti perang dagang atau penguatan dolar AS? Kita tunggu saja.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular