
Konsensus Pasar: Inflasi Juni 0,51% MtM, 2,97% YoY

Meski harga pangan terkendali dan tidak ada kenaikan tarif listrik seperti tahun lalu, tetapi hal yang perlu diwaspadai adalah pelemahan nilai tukar rupiah. Dalam sebulan terakhir, rupiah sudah melemah 2,37% di hadapan dolar AS.
![]() |
Depresiasi rupiah akan membuat biaya impor menjadi lebih mahal. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik, kenaikan impor memang tidak bisa dihindari karena industri dalam negeri belum bisa memenuhi tambahan permintaan.
Ketika pengusaha mengimpor dengan biaya yang lebih tinggi, maka harga di tingkat konsumen juga akan meningkat. Ujungnya tentu tekanan inflasi, dan ini perlu diwaspadai.
![]() |
Oleh karena itu, keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi semakin bisa dipahami. Akhir pekan lalu, BI menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%.
Langkah tersebut utamanya ditempuh untuk menjaga stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan kenaikan suku bunga, maka pasar keuangan Indonesia akan memiliki daya saing global karena saat ini di dunia sedang terjadi tren normalisasi kebijakan moneter.
"Menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, begitu kata-katanya. Jadi kenaikan ini akan menjaga imbal hasil terutama di fixed income," jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI, akhir pekan lalu.
Fixed income adalah instrumen investasi yang memberikan imbal hasil tetap, misalnya obligasi atau deosito. Dengan kenaikan suku bunga acuan, maka imbal hasil instrumen ini akan naik dan berinvestasi di Indonesia menjadi lebih menarik, termasuk bagi investor asing.
"Kami melihat (kenaikan suku bunga acuan) akan lebih banyak menarik inflows, khususnya fixed income. Ini tentu saja menambah supply dolar AS dan mendukung stabilitas rupiah," kata Perry.
Perry juga mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga ini lebih karena merespons situasi global yang menyebabkan tekanan terhadap rupiah. Sebab dari dalam negeri, hampir tidak ada isu yang perlu direspons dengan kenaikan suku bunga.
"ini lebih karena global, bukan dalam negeri terutama inflasi," ujarnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
