Newsletter

Bunga Acuan BI: Naik, Tidak, Naik, Tidak...

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 June 2018 05:56
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah sentimen yang bisa dicermati pelaku pasar. Pertama tentunya adalah Wall Street yang menghijau. Ini bisa menjadi sentimen positif bila menular ke Asia. 

Kedua, masih dari eksternal, adalah perkembangan nilai tukar dolar AS. Greenback sepertinya masih melanjutkan keperkasaannya. Selain efek pernyataan Rosenberg yang masih terasa, penguatan dolar AS juga disebabkan oleh nasib poundsterling Inggris penuh tanda tanya. 

Penyebabnya adalah perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang masih alot. Bahkan ada kemungkinan Negeri Ratu Elizabeth keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun. Ini membuat situasi menjadi rumit, karena menyangkut perbatasan dengan Irlandia dn Irlandia Utara yang masih merupakan wilayah kepabeanan Uni Eropa. 

"Semua memahami bahwa tidak ada kesepakatan adalah berita buruk. Kami tidak mau itu, Inggris tidak mau itu, dan itu juga bukan satu-satunya opsi yang tersedia. Namun, kita juga harus bersiap karena kita juga perlu memasukkan skenario jika sampai tidak ada kesepakatan, " tutur seorang pejabat lingkungan Istana Kepresidenan Prancis, dikutip dari Reuters. 

Suara lebih keras datang dari Perdana Menteru Denmark Lars Lokke Rasmussen. Menurutnya kemungkinan tidak ada kesepakatan soal Brexit antara Inggris dan Uni Eropa bisa saja terjadi. 

"Ini adalah kali pertama kami menyampaikan kepada Inggris bahwa kita bisa saja menuju ke skenario terburuk, yaitu tidak ada keseakatan," ujar Rasmussen. 

Ini membuat investor cenderung enggan untuk masuk ke pasar keuangan Inggris. Akibatnya, indeks FTSE 100 terkoreksi 0,08% karena aksi jual investor. Sterling pun tertekan. 

Perkembangan ini membuat dolar AS jumawa dan kembali melanjutkan penguatan. Dollar Index, yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, naik 0,05% pada pukul 04:34 WIB. 

Tren penguatan greenback bisa menekan mata uang lainnya, termasuk rupiah. Bila rupiah kembali melemah, maka bersiaplah menghadapi gelombang jual, utamanya dari investor asing. Bukan kabar baik bagi IHSG. 

Namun ada kabar kurang sedap yang bisa menghambat laju penguatan dolar AS. US Bureau of Economic Analysis merevisi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2018 dari 2,2% menjadi 2%. Ini di luar ekspektasi pasar yang memperkirakan tidak ada revisi. 

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi sekitar 70% dari aktivitas ekonomi AS, direvisi menurun ke 0,9% dari sebelumnya sebesar 1%. Alhasil, pertumbuhan pengeluaran konsumen AS kuartal I-2018 menjadi yang terlambat dalam hampir lima tahun terakhir. 

Berita buruk berikutnya adalah angka klaim tunjangan pengangguran yang pekan lalu naik 9.000 menjadi 227.000. Ini juga di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan 220.000. 

Dua kabar ini menandakan perekonomian AS masih belum pulih 100%, belum ada indikasi ekonomi bergerak terlalu cepat di luar kapasitasnya. Ujungnya adalah bisa saja The Fed agak memperlambat tempo kenaikan suku bunga acuan. 

Saat The Fed menjadi kurang agresif dalam menaikkan suku bunga, maka itu menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Sebaliknya, rupiah bisa memanfaatkan momentum limbungnya dolar AS dengan mencetak penguatan. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular