
Newsletter
Bunga Acuan BI: Naik, Tidak, Naik, Tidak...
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 June 2018 05:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok cukup dalam pada perdagangan kemarin. Sentimen eksternal dan domestik menjadi pemberat laju Indeks.
Kemarin, IHSG anjlok hingga 2,08%. Nilai transaksi tercatat Rp 8,67 triliun dengan volume 9,72 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 437.267 kali.
Sentimen eksternal yang mempengaruhi IHSG adalah perang dagang dan investasi Amerika Serikat (AS) vs China. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memperkuat Committee on Foreign Investment guna melindungi teknologi sensitif yang dimiliki perusahaan-perusahaan di sana.
Menggunakan kerangka baru yang diperkuat, kini komite tersebut bisa memblokir joint venture antara perusahaan asal China dengan AS jika menyangkut teknologi yang dianggap penting. Sebelumnya, komite bisa memblokir rencana akuisisi oleh pihak China namun tak bisa memblokir joint venture antar keduanya.
"Kami akan memiliki sarana-sarana yang dibutuhkan untuk membatasi investasi, baik itu dari China maupun negara lainnya. Kami tidak sedang menargetkan China, tapi kami akan melindungi transfer teknologi ke China serta (transfer) pada bidang-bidang penting lainnya," papar Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin, dikutip dari Reuters.
Walaupun pendekatan yang digunakan lebih halus dari yang diisukan sebelumnya yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi, tetapi kebijakan AS sangat mungkin untuk memicu balasan dari China. Situasi masih belum mendingin sehingga penuh ketidakpastian.
Sementara dari dalam negeri, faktor utama pemberat IHSG adalah depresiasi rupiah. Kemarin, rupiah melemah sampai 1,5% terhadap dolar AS. Akibatnya, investor asing menilai berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah tidak menguntungkan karena nilainya turun.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 691,9 miliar. Saham-saham berkapitalisasi besar pun menjadi korban, dan itu kebanyakan saham perbankan. Akhirnya sektor keuangan menjadi kontributor terbesar bagi koreksi IHSG.
Pelemahan rupiah juga disebabkan faktor eksternal dan internal. Dari eksternal, keperkasaan dolar AS memang sulit dibendung akibat pernyataan dari Presiden The Federal Reserve/The Fed Boston Eric Rosengren yang kembali menegaskan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan melakukan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap. Menurut Rosengren, kenaikan suku bunga dibutuhkan untuk sedikit mengerem laju perekonomian AS agar tidak berlari di luar kapasitasnya alias overheat. Dengan kenaikan suku bunga, maka AS dapat tumbuh secara berkesinambungan (sustainable).
Sementara dari dalam negeri, investor menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang hasilnya akan diumumkan hari ini. Pelaku pasar sudah berpersepsi BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate menjadi 5%.
Selagi menunggu keputusan BI, sepertinya investor enggan mengambil risiko. Aset-aset berbasis rupiah pun dilepas hingga arah kebijakan moneter terbaca dengan jelas. Hasilnya adalah aksi jual di pasar saham yang berhasil menyeret IHSG ke zona merah.
Kemarin, IHSG anjlok hingga 2,08%. Nilai transaksi tercatat Rp 8,67 triliun dengan volume 9,72 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 437.267 kali.
Sentimen eksternal yang mempengaruhi IHSG adalah perang dagang dan investasi Amerika Serikat (AS) vs China. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memperkuat Committee on Foreign Investment guna melindungi teknologi sensitif yang dimiliki perusahaan-perusahaan di sana.
Menggunakan kerangka baru yang diperkuat, kini komite tersebut bisa memblokir joint venture antara perusahaan asal China dengan AS jika menyangkut teknologi yang dianggap penting. Sebelumnya, komite bisa memblokir rencana akuisisi oleh pihak China namun tak bisa memblokir joint venture antar keduanya.
"Kami akan memiliki sarana-sarana yang dibutuhkan untuk membatasi investasi, baik itu dari China maupun negara lainnya. Kami tidak sedang menargetkan China, tapi kami akan melindungi transfer teknologi ke China serta (transfer) pada bidang-bidang penting lainnya," papar Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin, dikutip dari Reuters.
Walaupun pendekatan yang digunakan lebih halus dari yang diisukan sebelumnya yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi, tetapi kebijakan AS sangat mungkin untuk memicu balasan dari China. Situasi masih belum mendingin sehingga penuh ketidakpastian.
Sementara dari dalam negeri, faktor utama pemberat IHSG adalah depresiasi rupiah. Kemarin, rupiah melemah sampai 1,5% terhadap dolar AS. Akibatnya, investor asing menilai berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah tidak menguntungkan karena nilainya turun.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 691,9 miliar. Saham-saham berkapitalisasi besar pun menjadi korban, dan itu kebanyakan saham perbankan. Akhirnya sektor keuangan menjadi kontributor terbesar bagi koreksi IHSG.
Pelemahan rupiah juga disebabkan faktor eksternal dan internal. Dari eksternal, keperkasaan dolar AS memang sulit dibendung akibat pernyataan dari Presiden The Federal Reserve/The Fed Boston Eric Rosengren yang kembali menegaskan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan melakukan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap. Menurut Rosengren, kenaikan suku bunga dibutuhkan untuk sedikit mengerem laju perekonomian AS agar tidak berlari di luar kapasitasnya alias overheat. Dengan kenaikan suku bunga, maka AS dapat tumbuh secara berkesinambungan (sustainable).
Sementara dari dalam negeri, investor menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang hasilnya akan diumumkan hari ini. Pelaku pasar sudah berpersepsi BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate menjadi 5%.
Selagi menunggu keputusan BI, sepertinya investor enggan mengambil risiko. Aset-aset berbasis rupiah pun dilepas hingga arah kebijakan moneter terbaca dengan jelas. Hasilnya adalah aksi jual di pasar saham yang berhasil menyeret IHSG ke zona merah.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular