
Newsletter
Kemarin Masih Jet Lag, Bagaimana IHSG Hari Ini?
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 June 2018 05:58

Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,17%, S&P 500 naik 0,17%, dan Nasdaq bertambah 0,73%.
Investor di bursa saham New York sepertinya masih bergerak hati-hati. Ini terlihat dari volume perdagangan yang tercatat melibatkan 6,63 miliar unit saham, di bawah rata-rata 20 hari terakhir yaitu 6,98%.
Isu perang dagang masih membayangi benak pelaku pasar. Akibatnya, saham-saham emiten yang banyak mengekspor produknya ke China masih cenderung dilepas. Seperti saham Oracle, pembuat perangkat lunak (software), yang anjlok sampai 7,5%.
Tidak hanya China, Uni Eropa juga sudah mengibarkan panji perang dagang dengan AS. Uni Eropa akan memberlakukan bea masuk 25% bagi berbagai produk AS karena Presiden Donald Trump telah mengenakan kebijakan serupa untuk baja dan aluminium dari Benua Biru.
Produk-produk asal AS yang akan terkena bea masuk adalah jagung manis, kacang, jins, minuman bourbon, sampai sepeda motor. Nilai perdagangan produk-produk ini mencapai US$ 3,2 miliar (Rp 45,2 triliun).
"Kami tidak menginginkan hal ini. Namun sikap AS membuat kami tidak punya pilihan lain," tegas Cecilia Malmstrom, Komisioner Perdagangan Uni Eropa, dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar masih agak ragu-ragu. Hantu perang dagang masih bergentayangan, belum sepenuhnya pergi.
Namun di sisi lain, Wall Street yang sudah cukup lama terkoreksi membuat harga aset menjadi terjangkau dan menarik untuk diborong. Beberapa saham perusahaan top terlihat diminati oleh pelaku pasar sehingga harganya naik signifikan.
Misalnya saham Boeing, yang tertekan dalam beberapa hari terakhir, mampu menguat 0,5%. Saham-saham teknologi juga mencatatkan kenaikan, seperti Facebook yang melonjak 2,3%.
Situasi ini membuat Wall Street berakhir variatif. Di satu sisi kekhawatiran perang dagang masih membekas, tetapi di sisi lain harga saham yang sudah murah menggoda untuk diborong.
(aji/aji)
Investor di bursa saham New York sepertinya masih bergerak hati-hati. Ini terlihat dari volume perdagangan yang tercatat melibatkan 6,63 miliar unit saham, di bawah rata-rata 20 hari terakhir yaitu 6,98%.
Isu perang dagang masih membayangi benak pelaku pasar. Akibatnya, saham-saham emiten yang banyak mengekspor produknya ke China masih cenderung dilepas. Seperti saham Oracle, pembuat perangkat lunak (software), yang anjlok sampai 7,5%.
Tidak hanya China, Uni Eropa juga sudah mengibarkan panji perang dagang dengan AS. Uni Eropa akan memberlakukan bea masuk 25% bagi berbagai produk AS karena Presiden Donald Trump telah mengenakan kebijakan serupa untuk baja dan aluminium dari Benua Biru.
Produk-produk asal AS yang akan terkena bea masuk adalah jagung manis, kacang, jins, minuman bourbon, sampai sepeda motor. Nilai perdagangan produk-produk ini mencapai US$ 3,2 miliar (Rp 45,2 triliun).
"Kami tidak menginginkan hal ini. Namun sikap AS membuat kami tidak punya pilihan lain," tegas Cecilia Malmstrom, Komisioner Perdagangan Uni Eropa, dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar masih agak ragu-ragu. Hantu perang dagang masih bergentayangan, belum sepenuhnya pergi.
Namun di sisi lain, Wall Street yang sudah cukup lama terkoreksi membuat harga aset menjadi terjangkau dan menarik untuk diborong. Beberapa saham perusahaan top terlihat diminati oleh pelaku pasar sehingga harganya naik signifikan.
Misalnya saham Boeing, yang tertekan dalam beberapa hari terakhir, mampu menguat 0,5%. Saham-saham teknologi juga mencatatkan kenaikan, seperti Facebook yang melonjak 2,3%.
Situasi ini membuat Wall Street berakhir variatif. Di satu sisi kekhawatiran perang dagang masih membekas, tetapi di sisi lain harga saham yang sudah murah menggoda untuk diborong.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular