Newsletter

Usai Maaf Lahir-Batin, Mau ke Mana IHSG?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 June 2018 07:23
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Untuk perdagangan hari ini, investor sudah harus memompa adrenalin pada hari pertama perdagangan libur panjang. Koreksi di Wall Street sedikit banyak akan mempengaruhi dinamika pasar saham Asia, termasuk Indonesia. Virus koreksi menjadi hal paling awal yang mesti dicermati. 

Lalu ada dinamika perang dagang. Kemarin, sentimen ini sudah terbukti menciptakan 'lautan merah' di bursa saham Asia. Saat isu perang dagang masih mengemuka, bahkan semakin parah, maka peluang koreksi lanjutan di bursa saham Asia masih terbuka. Kini pasar Indonesia sudah tidak libur, jadi tidak bisa lagi santai-santai. 

Harga minyak juga masih melanjutkan penurunan. Selain akibat perang dagang yang diperkirakan bisa menghambat permintaan energi global, koreksi harga si emas hitam juga disebabkan oleh wacana Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) yang akan mengurangi kadar pemotongan produksi. Hal ini akan menjadi salah satu topik pembahasan dalam pertemuan OPEC di Wina (Austria), akhir pekan ini. 

Rusia berencana mengajukan proposal untuk kenaikan produksi. Sebab, Negeri Beruang Merah melihat pasar kini sudah stabil. OPEC dan sejumlah negara produsen minyak mulai mengurangi produksi pada awal 2017. Hal ini dilakukan untuk mengatrol harga minyak yang sempat jatuh ke level US$ 30/barel. Kini harga minyak sudah jauh di atas itu dan Rusia menilai mungkin pemotongan produksi perlu ditinjau kembali. 

"Pasar sudah berkembang, permintaan minyak juga tumbuh. Kita mungkin sudah melihat keseimbangan di pasar," tutur Alexander Novak, Menteri Energi Rusia, dikutip dari Reuters. 

Penurunan harga minyak bukan sentimen positif bagi pasar Indonesia. Sebab, emiten migas dan pertambangan akan kurang mendapat apresiasi kala harga minyak turun. Ini bisa menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara keseluruhan ke teritori negatif. 

Kemudian, investor juga harus mewaspadai nilai tukar dolar AS yang masih menguat. Pada pukul 04:10 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) naik 0,22%. 

Apresiasi greenback didorong oleh kekecewaan pasar terhadap ECB. Dalam forum ekonomi di Sintra (Portugal), Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pihaknya masih akan sabar menanti sebelum menaikkan suku bunga acuan. Saat ini suku bunga refinancing masih bertahan di 0%, sementara lending facility dan deposit facility masing-masing 0,25% dan 0,4%. 

"Kami akan tetap sabar untuk menentukan waktu kapan menaikkan suku bunga. Kemudian, penyesuaian kebijakan moneter setelah itu juga akan dilakukan secara gradual," kata Draghi dalam forum ECB di Sintra, dikutip dari Reuters. 

Merespons pernyataan Draghi, euro pun terkoreksi. Situasi ini dimanfaatkan oleh dolar AS untuk menguat. 

Apresiasi dolar AS perlu dicermati karena bisa menekan rupiah. Saat rupiah terdepresiasi, berinvestasi dalam aset berbasis mata uang ini menjadi kurang menarik karena nilainya turun. Depresiasi rupiah bisa memicu aksi jual, terutama oleh investor asing, dan akan berdampak negatif terhadap IHSG. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular