Newsletter

Perang Dagang Reda, Saatnya Berbelanja?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
11 April 2018 05:45
Perang Dagang Reda, Saatnya Berbelanja?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
  • IHSG menguat lebih dari 1%.
  • Bursa utama Asia ditutup positif.
  • Wall Street naik signifikan. 
  • Sentimen perang dagang mereda, setidaknya untuk saat ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat signifikan pada perdagangan kemarin. Meredanya ketegangan perang dagang mendorong IHSG dan bursa saham global melaju kencang. 

IHSG ditutup menguat 1,28% ke 6.325,82 poin pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi adalah Rp 7,2 triliun dengan volume 8 miliar saham. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 426.047 kali. 

Tidak seperti hari-hari biasanya, kemarin investor asing membukukan beli bersih Rp 10,12 miliar. Ini merupakan kali pertama terjadi beli bersih sejak 29 Maret lalu. BBCA (Rp 92,77 miliar), BBNI (Rp 76,62 miliar), GGRM (Rp 54,07 miliar), TLKM (Rp 53,28 miliar), dan CPIN (Rp 27,4 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dikoleksi oleh investor asing. 

IHSG bergerak searah dengan bursa regional yang ditutup di teritori positif. Nikkei 225 naik 0,54%, SSEC melonjak 1,67%, Hang Seng bertambah 1,65%, Kospi plus 0,27%, dan Straits Times menguat 0,48%. 

Pidato Presiden China Xi Jinping memberikan suntikan energi bagi pasar saham. Dalam pidatonya di Boao Forum, Xi mengungkapkan rencananya untuk semakin membuka perekonomian China kepada dunia.  

Guna mewujudkan hal tersebut, China berencana untuk menurunkan bea impor bagi mobil dan produk-produk lainnya secara signifikan. Lebih lanjut, China juga akan memberikan kepastian hukum terkait dengan kepemilikan kekayaan intelektual dari perusahaan asing yang berinvestasi di negaranya, serta memperbaiki iklim investasi bagi perusahaan asing. 

Komitmen China untuk menurunkan bea masuk menghapus kekhawatiran pelaku pasar akan terjadinya perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Ketakutan investor bahwa Xi akan mengeluarkan pernyataan yang keras terhadap AS seperti yang sudah dilakukan oleh anggota pemerintahannya tak terbukti. 

Kenaikan harga minyak mentah juga memberikan suntikan energi bagi pasar saham. Sampai dengan akhir perdagangan IHSG, harga minyak mentah jenis light sweet kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 1,23% dan brent kontrak pengiriman Juni menguat 1,22%.
Sentimen positif pidato Presiden Xi sampai ke seberang Samudera Atlantik. Seperti halnya bursa Asia, Wall Street ikut menguat signifikan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,79%, S&P 500 menguat 1,67%, dan Nasdaq bertambah 2,07%. 

Kekhawatiran terhadap perang dagang sudah mulai terhapus dari benak investor. Sampai ada perkembangan baru, sepertinya isu ini tidak lagi membebani pasar. 

Saham Facebook juga menjadi salah satu kontributor utama penguatan Wall Street dengan kenaikan 4,5%. Kenaikan saham Facebook disokong oleh testimoni Mark Zuckerberg di hadapan Senat AS soal kebocoran data pengguna. 

Zuckerberg kembali menyatakan permohonan maafnya. Pria 33 tahun ini juga menjanjikan perubahan di tubuh Facebook. "Perusahaan kami sedang dalam fase perubahan filosofis," ujarnya, seperti dikutip Reuters. 

Testimoni Zuckerberg menjadi sentimen positif bagi saham Facebook. Investor menilai Facebook berkomitmen untuk menangani masalah kebocoran data dan bersedia tunduk kepada hukum yang berlaku. 

Namun, investor juga harap-harap cemas kala melihat rilis data inflasi tingkat produsen yang sebesar 0,3% secara month to month (MtM). Lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang sebesar 0,1% MtM. 

Kenaikan harga di tingkat produsen tentu akan diteruskan kepada konsumen. Data inflasi di tingkat konsumen dijadwalkan akan keluar pada hari ini. 

Jika terjadi percepatan laju inflasi pada Maret, maka investor akan terbayang-bayang kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang lebih agresif. Pasar saham pun bisa tertekan. Untuk perdagangan hari ini, positifnya kinerja Wall Street bisa menjadi angin segar bagi bursa Asia, termasuk Indonesia. Diharapkan optimisme investor di bursa New York dapat menular ke pasar saham Benua Kuning. 

Meredanya sentimen perang dagang juga bisa membantu IHSG untuk tetap di jalur hijau. Setidaknya untuk saat ini satu kecemasan besar telah berkurang, sebelum muncul perkembangan baru. Mumpung situasi sedang tenang, investor bisa memanfaatkannya untuk berbelanja aset. 

Harga minyak sepertinya juga masih suportif buat IHSG. Baik light sweet maupun brent sama-sama naik lebih dari 3%. Jika kenaikan ini bertahan sepanjang hari, maka akan menjadi sentimen positif bagi saham-saham migas dan pertambangan. 

Sentimen perang dagang yang mereda membuat harga minyak meroket. Perkembangan konflik Suriah juga menjadi faktor psikologis yang mendorong kenaikan harga minyak. 

Presiden AS Donald Trump menjanjikan balasan keras atas serangan senjata kimia kepada warga sipil yang disebut-sebut dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad. Perkembangan ini bisa mendorong AS keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran, yang merupakan pendukung pemerintahan al-Assad. Artinya, sanksi terhadap Iran bisa kembali diterapkan sehingga memukul industri minyak di Negeri Persia. 

Dolar AS yang cenderung melemah juga bisa mendukung kenaikan IHSG. Dengan risiko perang dagang yang memudar, investor pun memasang mode risk on dan meninggalkan dolar AS untuk sementara. Akibatnya, greenback pun melemah terhadap mata uang dunia termasuk rupiah. 

Penguatan rupiah akan membuat berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini menjadi menarik. Investor, terutama Asing, bisa kembali menjadikan investasi di aset-aset rupiah sebagai pilihan. 

Meski demikian, ada pula sejumlah risiko yang perlu dicermati oleh investor. Pertama, penguatan IHSG yang cukup signifikan dalam dua hari terakhir bisa mengundang minat investor untuk melakukan ambil untung. 

Apalagi valuasi IHSG tergolong masih mahal di antara bursa saham kawasan. Saat ini Price to Earnings Ratio (P/E) IHSG ada di 17,84 kali. Lebih tinggi ketimbang Straits Times (11.49 kali), KLCI (16,77 kali), SETi (16,67 kali), Nikkei 225 (15,72 kali), Hang Seng (12,6 kali), SSEC (14,16 kali), sampai Kospi (12,1%).  

Faktor kedua adalah langkah pemerintah yang seakan meninggalkan reformasi subsidi energi. Pemerintah berencana merevisi Peraturan Presiden Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perhitungan Harga Jual eceran BBM. 

Nantinya, pasokan bensin jenis premium wajib dijaga tetap memadai di seluruh wilayah Indonesia, bukan hanya di luar Jawa, Madura, dan Bali. Selain itu, setiap kenaikan harga bensin non subsidi harus mendapat restu pemerintah. 

Padahal, reformasi subsidi energi merupakan komitmen pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Lembaga pemeringkat (rating agency) juga kerap menyoroti isu ini. 

Moody's dikabarkan akan merilis penilaian (assessment) untuk Indonesia pada pekan ketiga atau keempat bulan ini. Jika Moody's menanggapi negatif isu reformasi subsidi, maka kenaikan peringkat utang Indonesia bisa tertunda. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi pasar keuangan domestik. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • RUPS Tahunan BEKS.
  • RUPSLB BRPT (10:00 WIB).
  • RUPS Tahunan PTBA (10:00 WIB).
  • RUPS Tahunan BJTM (10:00 WIB).
  • RUPS Tahunan ASGR (10:30 WIB).
  • RUPSLB ACST (14:00 WIB).
  • Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengadakan rapat koordinasi membahas proyek LRT (13:00 WIB).
  • Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR dengan perwakilan Facebook di Indonesia (13:00 WIB).
  • Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan (14:00 WIB).
  • Rilis data inflasi China periode Maret 2018 (08:30).
  • Rilis data inflasi AS periode Maret 2018 (19:30).
  • Rilis data cadangan minyak mentah AS dalam sepekan hingga 6 April (21:30).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:

IndeksClose% Change% YTD
IHSG6,325.821.28(0.47)
LQ451,039.611.73(3.69)
DJIA24,408.001.79(1.26)
CSI3003,927.421.93(2.57)
Hang Seng30,728.741.652.71
Nikkei 225 21,794.320.54(4.26)

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang Close% Change % YoY
USD/IDR13,771(0.09)3.52
EUR/USD1.230.2916.53
GBP/USD1.420.3413.51
USD/CHF0.960.09(5.00)
USD/CAD1.26(0.79)(5.45)
USD/JPY107.190.42(2.20)
AUD/USD0.780.903.58

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

Komoditas Close % Change % YoY
Minyak WTI (USD/barel)65.413.3022.53
Minyak Brent (USD/barel)70.953.3126.20
Emas (USD/troy ons)1,339.950.285.17
CPO (MYR/ton)2,403.00(1.35)(15.33)
Batu bara (USD/ton)93.02(0.43)9.63
Tembaga (USD/pound)3.142.0020.48
Nikel (USD/ton)13,220.000.0035.14
Timah (USD/ton)21,180.000.625.90
Karet (JPY/kg)182.804.88(32.97)
Kakao (USD/ton)2,485.00(0.68)26.22

Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:  

Tenor Yield (%)
 5Y5.98
10Y6.62
15Y6.84
20Y7.27
30Y7.48
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:  
IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY)5.07%
Inflasi (Maret 2018 YoY)3.4%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2.19% PDB
Transaksi berjalan (2017)-1.7% PDB
Neraca pembayaran (2017)US$ 11.6 miliar
Cadangan devisa (Maret 2018)US$ 126 miliar
    
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular