
Newsletter
Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa
Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 March 2018 06:04

Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah sentimen positif yang bisa membuat IHSG melanjutkan penguatan. Pertama tentunya kabar baik dari Wall Street yang masih mencatatkan penguatan. Diharapkan ini menjadi energi bagi bursa saham Asia, termasuk Indonesia.
Investor juga perlu mencermati rilis kinerja sejumlah emiten yang akan diumumkan hari ini, seperti EXCL, BBNP, dan AGRS. Bila hasilnya solid, maka bisa menjadi angin segar buat IHSG.
Sementara faktor yang bisa menyeret IHSG kembali ke zona merah adalah harga komoditas. Harga minyak masih melanjutkan koreksi karena pasokan minyak AS yang melimpah. Produksi minyak Negeri Paman Sam kini mencapai hampir 10,4 juta barel/hari, rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Selain itu, penguatan dolar AS juga membebani harga si emas hitam. Greenback menguat setelah ECB digadang-gadang akan menghentikan stimulus moneternya, tetapi secara bertahap dan tidak agresif. Artinya, likuiditas euro masih akan membanjir sehingga sulit untuk menguat dan dolar AS mendapat momentum dari situ.
Saham-saham emiten migas dan pertambangan sepertinya masih akan tertekan karena anjloknya harga komoditas, mulai dari minyak, batu bara, tembaga, sampai timah. Padahal saham-saham sektor ini kerap kali menjadi penyelamat IHSG.
Risiko ambil untung juga masih menghantui IHSG. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 1,37%. Bagi investor yang baru masuk pada awal tahun, masih ada sisa keuntungan yang belum direalisasikan. (aji/aji)
Investor juga perlu mencermati rilis kinerja sejumlah emiten yang akan diumumkan hari ini, seperti EXCL, BBNP, dan AGRS. Bila hasilnya solid, maka bisa menjadi angin segar buat IHSG.
Sementara faktor yang bisa menyeret IHSG kembali ke zona merah adalah harga komoditas. Harga minyak masih melanjutkan koreksi karena pasokan minyak AS yang melimpah. Produksi minyak Negeri Paman Sam kini mencapai hampir 10,4 juta barel/hari, rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Selain itu, penguatan dolar AS juga membebani harga si emas hitam. Greenback menguat setelah ECB digadang-gadang akan menghentikan stimulus moneternya, tetapi secara bertahap dan tidak agresif. Artinya, likuiditas euro masih akan membanjir sehingga sulit untuk menguat dan dolar AS mendapat momentum dari situ.
Saham-saham emiten migas dan pertambangan sepertinya masih akan tertekan karena anjloknya harga komoditas, mulai dari minyak, batu bara, tembaga, sampai timah. Padahal saham-saham sektor ini kerap kali menjadi penyelamat IHSG.
Risiko ambil untung juga masih menghantui IHSG. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 1,37%. Bagi investor yang baru masuk pada awal tahun, masih ada sisa keuntungan yang belum direalisasikan. (aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular