
Newsletter
Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa
Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 March 2018 06:04

Dari Wall Street, tiga indeks utama mencatatkan penguatan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,38%, S&P 500 menguat 0,45%, dan Nasdaq bertambah 0,42%. Meredanya kekhawatiran terhadap potensi perang dagang menjadi energi positif bagi Wall Street.
Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan bahwa Kanada dan Meksiko dikecualikan dari negara yang harus membayar bea masuk 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium. Bagi negara lain yang ingin mendapatkan pengecualian bisa mengajukan permohonan ke pemerintah AS.
Namun detil lebih lanjut mengenai kebijakan ini masih belum jelas, Trump hanya menyatakan pengecualian akan diberikan kepada negara yang memperlakukan AS dengan adil.
"Jika Anda tidak mau membayar bea masuk, maka silakan bangun pabrik di AS!" tegas Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip Reuters. Menurut Trump, membanjiri AS dengan impor baja dan aluminium sama saja dengan menyerang Negeri Paman Sam.
Perkembangan kebijakan ini patut dicermati, karena sejumlah negara masih bersiap melakukan "balas dendam" kepada AS. Eropa dan China setidaknya sudah melontarkan komentar keras.
"Jika Trump menerapkan aturan ini, maka kami punya amunisi untuk merespons," tegas Komisioner European Financial Affairs Pierre Moscovici. Amunisi tersebut adalah bea masuk untuk produk-produk AS seperti jeruk, rokok, bourbon, sampai sepeda motor Harley Davidson.
Wang Yi, Menteri Luar Negeri China, mengatakan memilih kebijakan yang bisa menyebabkan perang dagang saja sudah salah. Oleh karena itu, China akan menempuh langkah yang diperlukan untuk merespons perkembangan ini.
"Dengan globalisasi yang terjadi saat ini, memilih perang dagang adalah persepsi yang salah. Hasilnya akan sangat merugikan. China akan membuat langkah-langkah jika memang perlu untuk merespons," tuturnya.
Meski saat ini pelaku pasar sudah tenang, tetapi kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan. Investor perlu menyimak babak demi babak dari episode perang dagang a la Trump ini karena setiap perkembangan melahirkan sentimen yang berbeda.
Dari Eropa, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) memutuskan untuk menahan suku bunga kebijakan. Suku bunga refinancing tetap 0%, deposit -0,4%, dan pinjaman 0,25%.
Dalam pengumumannya, Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pihaknya bisa saja memperpanjang masa pembelian obligasi (quantitative easing) sampai lewat dari September 2018. Namun Draghi tidak menyebutkan pembelian lebih lanjut, yang dibaca pasar sebagai sinyal ECB akan menyelesaikan stimulus dan sudah bersiap mengakhiri era kebijakan moneter longgar.
Pertumbuhan ekonomi Benua Biru, menurut Draghi, sudah membaik. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 2,4%. Lebih baik dibandingkan proyeksi yang dibuat akhir tahun lalu yaitu 2,3%.
"Perkiraan pertumbuhan ekonomi mengkonfirmasi keyakinan kami bahwa inflasi akan bergerak mendekati 2%. Namun kemenangan belum bisa dideklarasikan," tutur Draghi, seperti dilansir Reuters. (aji/aji)
Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan bahwa Kanada dan Meksiko dikecualikan dari negara yang harus membayar bea masuk 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium. Bagi negara lain yang ingin mendapatkan pengecualian bisa mengajukan permohonan ke pemerintah AS.
Namun detil lebih lanjut mengenai kebijakan ini masih belum jelas, Trump hanya menyatakan pengecualian akan diberikan kepada negara yang memperlakukan AS dengan adil.
"Jika Anda tidak mau membayar bea masuk, maka silakan bangun pabrik di AS!" tegas Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip Reuters. Menurut Trump, membanjiri AS dengan impor baja dan aluminium sama saja dengan menyerang Negeri Paman Sam.
Perkembangan kebijakan ini patut dicermati, karena sejumlah negara masih bersiap melakukan "balas dendam" kepada AS. Eropa dan China setidaknya sudah melontarkan komentar keras.
"Jika Trump menerapkan aturan ini, maka kami punya amunisi untuk merespons," tegas Komisioner European Financial Affairs Pierre Moscovici. Amunisi tersebut adalah bea masuk untuk produk-produk AS seperti jeruk, rokok, bourbon, sampai sepeda motor Harley Davidson.
Wang Yi, Menteri Luar Negeri China, mengatakan memilih kebijakan yang bisa menyebabkan perang dagang saja sudah salah. Oleh karena itu, China akan menempuh langkah yang diperlukan untuk merespons perkembangan ini.
"Dengan globalisasi yang terjadi saat ini, memilih perang dagang adalah persepsi yang salah. Hasilnya akan sangat merugikan. China akan membuat langkah-langkah jika memang perlu untuk merespons," tuturnya.
Meski saat ini pelaku pasar sudah tenang, tetapi kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan. Investor perlu menyimak babak demi babak dari episode perang dagang a la Trump ini karena setiap perkembangan melahirkan sentimen yang berbeda.
Dari Eropa, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) memutuskan untuk menahan suku bunga kebijakan. Suku bunga refinancing tetap 0%, deposit -0,4%, dan pinjaman 0,25%.
Dalam pengumumannya, Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pihaknya bisa saja memperpanjang masa pembelian obligasi (quantitative easing) sampai lewat dari September 2018. Namun Draghi tidak menyebutkan pembelian lebih lanjut, yang dibaca pasar sebagai sinyal ECB akan menyelesaikan stimulus dan sudah bersiap mengakhiri era kebijakan moneter longgar.
Pertumbuhan ekonomi Benua Biru, menurut Draghi, sudah membaik. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 2,4%. Lebih baik dibandingkan proyeksi yang dibuat akhir tahun lalu yaitu 2,3%.
"Perkiraan pertumbuhan ekonomi mengkonfirmasi keyakinan kami bahwa inflasi akan bergerak mendekati 2%. Namun kemenangan belum bisa dideklarasikan," tutur Draghi, seperti dilansir Reuters. (aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular