Newsletter

Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa

Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 March 2018 06:04
Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
  • IHSG berhasil menguat pada perdagangan kemarin.
  • Bursa utama Asia menghijau, Hang Seng naik sampai 1,52%.
  • Wall Street ditutup positif, kekhawatiran perang dagang mereda.
  • ECB tahan suku bunga acuan, tetapi menghilangkan nada (tone) pelonggaran moneter. 
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan kemarin. Penguatan IHSG sejalan dengan bursa regional akibat meredanya risiko perang dagang.

IHSG berhasil menguat 1,17% ke 6.443,02 pada perdagangan kemarin. Sembilan sektor saham ditutup naik, dipimpin sektor jasa keuangan yang menguat hingga 2,36%. Sementara satu sektor lainnya yaitu pertambangan melemah sebesar 0,34%. 

Nilai transaksi tercatat cukup besar yaitu Rp 9,24 triliun. Sebanyak 195 saham mencatatkan kenaikan harga, 160 saham melemah, sementara 199 lainnya stagnan. 

Pelaku pasar nampak gencar memburu saham sektor jasa keuangan, utamanya yang berada dalam sub-sektor perbankan, yang dalam beberapa hari ini tertekan aksi ambil untung. Beberapa saham bank BUKU IV pun lantas kokoh berdiri dalam jajaran saham-saham yang berkontribusi paling besar terhadap penguatan IHSG seperti BBCA (+3,1%), BBNI (+3,03%), BMRI (+2,21%), dan BBRI (+3,01%). 

Penguatan IHSG senada dengan bursa regional yang juga mengakhiri hari di zona hijau. Nikkei 225 menguat 0,54%, Shanghai naik 0,54% Hang Seng bertambah 1,52%, Straits Time tumbuh 0,86%, dan Kospi terdongkrak 1,3%. 

Penguatan bursa saham regional dipicu oleh meredanya kekhawatiran atas perang dagang, pasca pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengindikasikan bahwa Meksiko dan Kanada dapat dikecualikan dari pengenaan bea masuk baja dan aluminium. Tak hanya dua negara tersebut, negara-negara lainnya juga dimungkinkan untuk mendapat pengecualian. 

Sentimen positif lainnya datang dari ekspor China pada Februari 2018 yang melonjak 44,5% secara year on year (YoY). Peningkatan ini merupakan yang tercepat dalam tiga tahun terakhir. Kinerja ekspor China mengindikasikan partumbuhan ekonomi yang tetap kokoh. 

Sebagai tambahan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2017 Jepang direvisi menjadi 1,6% YoY, dari estimasi awal sebesar 0,5% YoY. Nilai tersebut juga lebih besar dari konsensus Reuters sebesar 0,9% YoY. Bank of Japan akan menentukan suku bunga acuannya pada hari ini.
Dari Wall Street, tiga indeks utama mencatatkan penguatan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,38%, S&P 500 menguat 0,45%, dan Nasdaq bertambah 0,42%. Meredanya kekhawatiran terhadap potensi perang dagang menjadi energi positif bagi Wall Street.

Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan bahwa Kanada dan Meksiko dikecualikan dari negara yang harus membayar bea masuk 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium. Bagi negara lain yang ingin mendapatkan pengecualian bisa mengajukan permohonan ke pemerintah AS.

Namun detil lebih lanjut mengenai kebijakan ini masih belum jelas, Trump hanya menyatakan pengecualian akan diberikan kepada negara yang memperlakukan AS dengan adil. 

"Jika Anda tidak mau membayar bea masuk, maka silakan bangun pabrik di AS!" tegas Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip Reuters. Menurut Trump, membanjiri AS dengan impor baja dan aluminium sama saja dengan menyerang Negeri Paman Sam. 

Perkembangan kebijakan ini patut dicermati, karena sejumlah negara masih bersiap melakukan "balas dendam" kepada AS. Eropa dan China setidaknya sudah melontarkan komentar keras. 

"Jika Trump menerapkan aturan ini, maka kami punya amunisi untuk merespons," tegas Komisioner European Financial Affairs Pierre Moscovici. Amunisi tersebut adalah bea masuk untuk produk-produk AS seperti jeruk, rokok, bourbon, sampai sepeda motor Harley Davidson. 

Wang Yi, Menteri Luar Negeri China, mengatakan memilih kebijakan yang bisa menyebabkan perang dagang saja sudah salah. Oleh karena itu, China akan menempuh langkah yang diperlukan untuk merespons perkembangan ini. 

"Dengan globalisasi yang terjadi saat ini, memilih perang dagang adalah persepsi yang salah. Hasilnya akan sangat merugikan. China akan membuat langkah-langkah jika memang perlu untuk merespons," tuturnya. 

Meski saat ini pelaku pasar sudah tenang, tetapi kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan. Investor perlu menyimak babak demi babak dari episode perang dagang a la Trump ini karena setiap perkembangan melahirkan sentimen yang berbeda.

Dari Eropa, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) memutuskan untuk menahan suku bunga kebijakan. Suku bunga refinancing tetap 0%, deposit -0,4%, dan pinjaman 0,25%.  

Dalam pengumumannya, Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pihaknya bisa saja memperpanjang masa pembelian obligasi (quantitative easing) sampai lewat dari September 2018. Namun Draghi tidak menyebutkan pembelian lebih lanjut, yang dibaca pasar sebagai sinyal ECB akan menyelesaikan stimulus dan sudah bersiap mengakhiri era kebijakan moneter longgar. 

Pertumbuhan ekonomi Benua Biru, menurut Draghi, sudah membaik. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 2,4%. Lebih baik dibandingkan proyeksi yang dibuat akhir tahun lalu yaitu 2,3%. 

"Perkiraan pertumbuhan ekonomi mengkonfirmasi keyakinan kami bahwa inflasi akan bergerak mendekati 2%. Namun kemenangan belum bisa dideklarasikan," tutur Draghi, seperti dilansir Reuters. Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah sentimen positif yang bisa membuat IHSG melanjutkan penguatan. Pertama tentunya kabar baik dari Wall Street yang masih mencatatkan penguatan. Diharapkan ini menjadi energi bagi bursa saham Asia, termasuk Indonesia. 

Investor juga perlu mencermati rilis kinerja sejumlah emiten yang akan diumumkan hari ini, seperti EXCL, BBNP, dan AGRS. Bila hasilnya solid, maka bisa menjadi angin segar buat IHSG. 

Sementara faktor yang bisa menyeret IHSG kembali ke zona merah adalah harga komoditas. Harga minyak masih melanjutkan koreksi karena pasokan minyak AS yang melimpah. Produksi minyak Negeri Paman Sam kini mencapai hampir 10,4 juta barel/hari, rekor tertinggi sepanjang sejarah. 

Selain itu, penguatan dolar AS juga membebani harga si emas hitam. Greenback menguat setelah ECB digadang-gadang akan menghentikan stimulus moneternya, tetapi secara bertahap dan tidak agresif. Artinya, likuiditas euro masih akan membanjir sehingga sulit untuk menguat dan dolar AS mendapat momentum dari situ. 

Saham-saham emiten migas dan pertambangan sepertinya masih akan tertekan karena anjloknya harga komoditas, mulai dari minyak, batu bara, tembaga, sampai timah. Padahal saham-saham sektor ini kerap kali menjadi penyelamat IHSG.

Risiko ambil untung juga masih menghantui IHSG. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 1,37%. Bagi investor yang baru masuk pada awal tahun, masih ada sisa keuntungan yang belum direalisasikan. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rapat Umum Pemegang Saham EXCL (08.30 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar BIasa BBNP (10.00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar BIasa AGRS (14.00 WIB).
  • Rilis data indeks penjualan ritel Indonesia (15.00 WIB).
  • Rilis data inflasi China Februari 2018 (08.30).
  • Pengumuman suku bunga acuan Jepang (tentatif).
  • Rilis data tenaga kerja non-pertanian dan pengangguran AS (20.30.).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham dunia:
Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa
Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:
Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Cermati Kebijakan Perdagangan Trump dan Moneter Eropa
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular