Newsletter

Mencegah Jatuhnya Domino Pertama Perang Dagang

Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
06 March 2018 05:58
Simak Sentimen Penggerak Pasar Berikut Ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Untuk perdagangan hari ini, perkembangan dari AS akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Optimisme Wall Street diharapkan menular ke pasar saham Asia, termasuk Indonesia. 

Tidak hanya di pasar saham, kemungkinan batalnya kebijakan bea masuk baja dan aluminium di AS juga membuat pasar komoditas bergairah. Harga minyak naik signifikan, bahkan harga minyak jenis light sweet naik hingga lebih dari 2%. 

Kenaikan harga si emas hitam didorong oleh peningkatan permintaan yang tidak diiringi oleh pasokan. Produksi minyak di Venezuela diperkirakan berkurang 1,5 juta barel per hari akibat krisis ekonomi-sosial-politik di negara yang kerap mencetak Miss Universe tersebut. 

Kenaikan harga minyak akan menjadi tambahan energi bagi IHSG, terutama untuk emiten migas dan pertambangan. Sektor ini tengah menjadi primadona di bursa saham domestik dan kerap kali menjadi penopang IHSG. 

Perkembangan dolar AS juga bisa mendukung penguatan IHSG. Greenback tengah dalam kondisi naik-turun jelang pengumuman suku bunga acuan AS pada pekan ketiga Maret. Kini dolar AS sedang dalam fase lembah, setelah pekan lalu berada di jalur pendakian. 

Ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah untuk mencetak penguatan. Apresiasi nilai tukar rupiah akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. 

Kinerja korporasi juga bisa menjadi katalis penguatan IHSG. Hari ini akan diumumkan laporan keuangan GMFI dan WICO. Bila hasilnya positif, maka bisa menjadi suntikan energi untuk IHSG. 

Namun masih ada risiko yang mengintai IHSG. Meski kemarin ditutup melemah, IHSG masih mencatatkan penguatan 3,07% secara year to date. Masih ada sisa keuntungan yang bisa dicairkan kapan saja. 

Kemudian, dolar AS yang melemah belum tentu bisa dimanfaatkan oleh rupiah untuk mencatat apresiasi. Aliran modal asing yang masuk ke Indonesia belum terlalu lancar, bahkan investor asing masih membukukan jual bersih senilai Rp 11,34 triliun di pasar saham selama 2018. 

Butuh gebrakan yang fundamental untuk mendorong nilai tukar rupiah agar mampu menguat dan stabil. Gebrakan tersebut membutuhkan waktu, tidak bisa dilakukan daam semalam.

Investor asing juga belum bisa terlalu diandalkan untuk membantu memperkuat IHSG. Situasi pasar masih penuh ketidakpastian dengan sentimen negatif datang silih-berganti. Investor asing sepertinya masih cenderung mencari aman dan menghindari aset-aset yang dinilai berisiko (risk-off). (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular